Bab 28

543 74 32
                                    

Meskipun Yoona menolak, Daniel terus memaksanya untuk ikut jamuan makan malam keluarga besar Henney.

"Kau harus datang, Yoona. Paman Peter dan Bibi Rhonda adalah anggota dewan direksi di Allura Magazine. Mereka berdua akan menjadi atasanmu. Kau harus memperkenalkan dirimu pada mereka. Acara petang nanti adalah momen yang paling tepat untuk berkenalan dengan mereka. Jika kau bisa memenangkan hati paman dan bibiku itu-----which I'm sure you will-----karirmu sebagai vice editor-in-chief sudah pasti akan bertambah mulus. Dan pada saat jabatanku nanti kuserahkan padamu, tidak akan ada seorangpun yang akan berani untuk menentangnya." Daniel membujuk----setengah memaksa Yoona. Sejak pagi hari, lelaki jangkung itu sudah mendatangi apartemen Yoona sambil memperlihatkan foto-foto keluarga serta sanak famili yang akan hadir di jamuan makan malam nanti. "Ini paman Tom, dia adik ayahku dan orang kedua di Henney Foundation----"

Yoona menarik nafas jemu. Sudah menjadi tabiatnya untuk merasa benci jika dipaksa-paksa seperti ini. Tapi Yoona sadar, jika ia menginginkan karir yang lebih cemerlang dan posisi yang lebih tinggi lagi, ada beberapa hal yang mesti ia korbankan. Salah satunya adalah rasa egonya. Sudah menjadi tradisi di instansi manapun bahwa pegawai yang lebih rendah mesti mengambil hati orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya.

"Eomma." Ara keluar dari kamar tidurnya sambil mengucek-ngucek mata. "Hai, Uncle Daniel." Ia duduk di atas kursi meja dapur sambil meneguk segelas susu yang baru saja Yoona tuangkan untuknya.

"Hai, Ara." Balas Daniel. Sedetik kemudian ia tak lagi mengacuhkan anak itu. Ia sibuk membuntuti Yoona dan menekankan betapa pentingnya jamuan makan keluarga Henney nanti malam untuk karirnya di Amerika.

"Oke-oke. Aku akan datang." Jawab Yoona kesal. Ia merasa terganggu karena sejak tadi Daniel mengekornya ke mana-mana.

Daniel Henney tersenyum penuh kemenangan. "Nah, begitu dong." Jarinya iseng menjentik dagu Yoona yang lancip. "Oke, kalau begitu sekarang kau mesti bersiap-siap."

"Pestanya kan nanti malam, untuk apa aku mesti bersiap-siap dari sekarang?" Dahi Yoona berkerut sambil menunggui kue yang sedang ia panggang di oven.

"Kita mesti membeli baju pesta untukmu dan Ara. Keluargaku sangat memerhatikan busana tamu-tamu kami. Fesyen adalah hal pertama yang keluargaku nilai dari seseorang." Daniel menoleh dara cilik yang duduk di meja dapur, "kau mau ke Fifth Avenue lagi?"

Ara mewarisi sifat ibunya yang gemar berbelanja. Begitu Daniel membawa mereka ke Fifth Avenue, Ara seolah-olah tengah berada di surga. Segala yang ingin ia beli, semuanya bisa ia dapatkan di sana. Dan bukan itu saja, di tengah-tengah acara berbelanja, Ara berhasil membujuk ibunya untuk mampir ke Gedung Empire State Building yang juga berlokasi di daerah Fifth Avenue. Mereka naik ke lantai 102 dan melalui sebuah teropong koin, gadis cilik itu asyik melihat seluruh pemandangan Kota New York dari atas sana. Ia memotret sepuasnya dan membuat vlog yang akan ia bagikan kepada ayah serta teman-temannya di Korea.

Acara belanja dan jalan-jalan mereka baru selesai menjelang sore. Dengan tergesa-gesa, mereka bertiga kembali ke apartemen Yoona di Upper East Side untuk mandi dan bersolek sebelum menghadiri jamuan makan malam di Henney Mansion.

Ara sudah berulang kali ikut ayahnya menghadiri acara pesta, tapi baru kali itulah Ara menghadiri sebuah jamuan makan malam salah satu keluarga terkaya di Amerika Utara. Jamuan malam itu sangat mewah. Di selasar ruang makan, sebuah meja panjang yang bisa menampung dua puluh orang terletak di tengah-tengah. Dan di atas meja makan tersebut, berjajar piring, mangkuk, gelas, serta berbagai peralatan makan yang terbuat dari perak terbaik di dunia. Ara yang badung sempat mengintip ke dapur saat ia sedang mengejar Bailey yang berlarian ke dalam sana. Dapur mansion tersebut dipenuhi oleh juru masak dan para pelayan yang tengah sibuk mempersiapkan acara petang itu. Air liur Ara segera terbit begitu ia melihat tumpukan cokelat, kue, dan juga permen yang menjulang tinggi. Harum aroma daging panggang menguar di udara. Ara meneguk ludah saat ia mendapati seorang pelayan mendorong troli yang berisi puding cokelat serta berbagai macam es krim dan memasukkan semuanya ke dalam lemari pendingin yang berukuran sama dengan kamar tidurnya di Korea.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang