Bab 21

624 91 30
                                    



Sebelum Taehyung sempat menciumnya, Yoona mengelak.

"Tidak, Tae. " Yoona menggeleng. Ia berusaha untuk mundur dan melepaskan diri dari kedua lengan Taehyung yang merengkuhnya erat.

"Apa sudah tak ada jalan bagiku untuk kembali ke dalam hatimu?" Taehyung terlihat begitu kecewa dan patah hati.

"Aku butuh waktu." Yoona mendengak. Sungguh sayang rasanya melepaskan pelukan lelaki yang satu itu, namun Yoona telah membuat sebuah keputusan yang sangat penting untuk hidup dan masa depannya.

"Waktu?"

Yoona mengangguk. "Sungguh sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa engkau, lelaki yang pernah begitu kukagumi, lelaki yang pernah tampak begitu sempurna di mataku, ternyata merupakan lelaki yang sama yang telah mengotori diriku di masa silam." Yoona meneguk ludah. Pantulan kedua matanya menatap Taehyung dengan teguh, "aku perlu waktu untuk menerima semua kenyataan ini."

"Tapi kau masih mencintaiku, kan? Kita masih memiliki kesempatan untuk membangun masa depan yang pernah kita rencanakan bersama, bukan?" Taehyung meremas lengan Yoona. Desiran cinta dan juga asa yang begitu besar menyeruak di dalam dadanya. "Kau mau kan membiarkan cinta kita tumbuh sekali lagi?"

"Sejujurnya, aku perlu waktu untuk menimbang semua perasaanku padamu." Tak ada lagi yang mesti Yoona tutup-tutupi. Berdusta bahwa ia sudah tak lagi mencintai Taehyung merupakan hal yang sia-sia. Ia yakin Taehyung sendiri tahu bahwa cintanya kepada lelaki itu masih berkobar-kobar meskipun ada selaksa dendam serta rasa sakit yang telah menciptakan jurang di antara mereka berdua.

Taehyung terdiam. Ia sadar semuanya takkan berjalan dengan mudah. Entah berapa lama ia harus menanti hingga Yoona meyakini apa yang sebenarnya dirasakan oleh hatinya. Apakah dengan berjalannya waktu cinta mereka masih bisa diselamatkan ataukah mesti berakhir seperti ini? Cara apa lagi yang harus Taehyung tempuh untuk meraih Yoona kembali? Haruskah ia menyerahkan segalanya pada takdir karena bukankah takdirlah yang telah mempertemukan mereka serta mempermainkan mereka seperti ini?

"Ambillah waktu sebanyak dan selama apapun yang kau perlukan." Walaupun dada Taehyung sangat nyeri, ia tak punya pilihan lain selain membebaskan Yoona untuk menentukan jalan yang akan mereka berdua tempuh. "Kembalilah padaku jika kau merasa akan bahagia bersamaku... Tapi jika suatu hari nanti kau memutuskan bahwa kau tak bisa hidup bersamaku... Aku hanya ingin kau tahu bahwa cintaku untukmu tulus adanya dan aku tidak akan pernah menghapusnya setitikpun juga." Taehyung mencium kening Yoona. "Aku sungguh tak ingin kehilanganmu, Yoona... Tapi apalah dayaku kini?" Suara Taehyung bergetar.

Yoona tertegun lama. Inikah yang ia inginkan? Mengapa hatinya malah merasa begitu sedih mendengarkan keikhlasan Taehyung untuk melepaskannya? Bukannya lelaki itu adalah lelaki yang paling ia benci di seluruh dunia? Tapi mengapa... Mengapa ia sendiri malah merasa putus asa setelah mengetahui suara hati Taehyung yang begitu mencintainya dengan teramat tulus?

Sebenarnya... Taehyung adalah seorang lelaki yang sangat baik....

"Tae,"

Suara Yoona terpotong oleh suara ceriwis Ara yang berseru memanggil ayahnya dari ruang tamu. Taehyung dan Yoona sama-sama terkejut.

Yoona spontan melepaskan diri dari Taehyung. Terlepas dari segala yang hendak ia katakan kepada lelaki itu, ia tak mau Ara dan juga Yeonghee memergokinya tengah berduaan dengan Taehyung di dalam kamar tidur.

Seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Yoona, Taehyung cepat-cepat keluar dari kamar tidurnya sebelum Ara masuk ke dalam ruang TV.

"Appa," walaupun hampir setiap hari mereka bertatap muka dan tinggal di bawah atap yang sama, Ara tak pernah absen untuk memeluk ayahnya setiap kali mereka bertemu. "Appa masih sakit kepala? Tadi di jalan, kami beli melon untuk Appa. Yeonghee Ahjumma bilang melon baik untuk mengobati sakit kepala."

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang