BAB 31

470 68 35
                                    

10 Tahun Yang Lalu.


Ayahnya dulu pernah berkata bahwa hidup tanpa perjuangan bukanlah kehidupan yang layak untuk dijalani, namun terlalu banyak perjuangan justru dapat mendorong hidup manusia menuju jurang kehancuran.

Taehyung tersenyum kecut, "kita takkan berakhir seperti kata-kata kakekmu itu, kan Ara?" Ia menoleh bayi mungil yang ia gendong di punggungnya. Bayi perempuan itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh ayahnya, dia tertawa. "Ah, kau." Taehyung tersenyum. "Apapun yang Appa katakan selalu kau tertawakan."

Ara kembali terkekeh. Minggu ini umur Ara sudah genap enam bulan dan ia gemar sekali tertawa sampai air liurnya menetes membasahi celemek yang tak pernah lupa sang ayah pakaikan di dadanya. Ara mungkin sama sekali tak mengerti semua kata-kata yang diucapkan oleh ayahnya, tapi ia suka sekali mendengarkan suara ayahnya. Ara bisa mengenali dengan mudah suara sang ayah dari semua suara yang ada di sekitarnya. Biasanya Ara tak acuh jika orang lain bicara padanya, namun setiap kali telinga bulatnya mendengar suara bariton ayahnya, bayi montok itu akan langsung mendongak dan mencari-cari sosok pria tampan yang selalu ada bersamanya itu.

"Taehyung, kau bisa lembur malam ini? Dua jam saja." Tuan Sung masuk ke dalam kamar mandi tempat Taehyung sedang menggosok lantai. Wajah Tuan Sung keruh berkeringat. Kedua tangannya yang merah berotot mengangkut sebuah keranjang yang berisi tumpukan handuk kotor.

Taehyung spontan menoleh dan berdiri. Shif-nya baru saja akan berakhir. Kedua matanya melirik keranjang yang hendak dialihkan oleh Tuan Sung padanya. Belum sempat Taehyung membuka mulut, pemilik tempat pemandian umum dan sauna itu segera menyelanya.

"Aku tahu sekarang sudah malam dan kau tak mau anakmu sampai jatuh sakit terkena embusan salju di luar sana. Tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu. Para tamu berdatangan tanpa henti sedangkan kita kekurangan pegawai."

Melihat keraguan yang bergelayut di wajah Taehyung, Tuan Sung cepat-cepat menambahkan, "aku akan membayar lemburmu dua kali lipat. Kau bisa tidurkan anakmu di ruang karyawan. Beri saja dia susu, anakmu anteng kalau perutnya kenyang."

Taehyung sebenarnya tak suka jika ia mesti membiarkan Ara tidur di ruang karyawan hanya beralaskan selimut di atas lantai kayu yang dingin sementara ia mencuci handuk atau membersihkan kamar mandi di bagian lain. Ruang istirahat pegawai berada jauh di belakang jejeran bilik sauna, tentu ia tak bisa mengawasi Ara dengan leluasa. Siapa yang tahu jika tiba-tiba saja anaknya tersedak, digigit serangga, atau diculik oleh salah satu pengunjung yang jahat? Taehyung juga tak ingin membawa Ara pulang larut malam di tengah guyuran salju yang entah kapan akan redanya. Tapi ia sadar mereka butuh uang lebih banyak lagi. Upah lemburnya memang tak seberapa, tapi sudah lebih dari cukup untuk membeli persediaan popok Ara selama dua hari ke depan, yang artinya ia tak perlu memotong uang makannya minggu ini.

Anggukan kecil Taehyung menerbitkan senyum lega di wajah Tuan Sung. Ia meninggalkan Taehyung setelah memberikan keranjang yang berisi tumpukan handuk serta pakaian kotor yang dibawanya ke tangan sang pegawai.

"Ara sudah mengantuk?" Taehyung bertanya riang kepada buntelan bayi di belakang punggungnya. "Tentu tidak, ya. Jam tidurmu masih satu jam lagi. Ara temani saja Appa mencuci handuk, oke? Kau mau Appa nyanyikan sesuatu?"

Seperti biasa, Ara menjawab pertanyaan ayahnya dengan tawa dan air liur yang menetes di atas celemek kartunnya.

Sejak meninggalkan rumah kedua orangtuanya, Taehyung pontang-panting mencari tempat tinggal dan pekerjaan yang bisa menghidupinya bersama anak perempuannya. Setelah menganggur selama hampir tiga minggu dan menghabiskan seluruh uang yang ia miliki, akhirnya Taehyung mendapatkan pekerjaan sebagai tukang gosok kamar mandi dan buruh cuci di sebuah jjimjilbangs----tempat pemandian umum dan sauna----di pinggiran kota Seoul. Tanpa mengantongi ijazah apapun, tak banyak jenis pekerjaan yang bisa Taehyung pilih dengan sesuka hatinya. Tapi yang terpenting untuk saat ini, ia dan Ara mempunyai tempat untuk berteduh dan uang untuk menyambung hidup.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang