Bab 8

649 113 58
                                    

Yoona akhirnya kembali ke Seoul bersama Taehyung dan Ara. Mereka bertiga naik kereta api terakhir dari Stasiun Busan.

Taehyung merasa sedikit heran saat Yoona memintanya untuk memesankan dua kursi kereta untuk dirinya sendiri. Namun saat ia bertanya mengapa Yoona menginginkan dua tiket kereta sedangkan koper dan bawaannya tidaklah seberapa banyak, gadis itu hanya menjawab jika itu sudah menjadi kebiasaannya selama bertahun-tahun.

Sepanjang perjalanan, Ara bolak-balik  menempati bangkunya dan juga bangku Yoona yang berada sejajar dengan bangku ayahnya.

"Appa, ajak Yoona ahjumma mengobrol." Ara berbisik di telinga ayahnya.

Taehyung menoleh sang puteri dan melirik Yoona yang tengah membaca melalui ponselnya, "Yoona ahjumma sedang membaca."

"Itu karena Appa tidak mengajaknya mengobrol."

"Kenapa bukan Ara saja yang mengajak Yoona ahjumma mengobrol?"

"Tadi Ara sudah mengajak ahjumma mengobrol. Sekarang giliran Appa."

"Appa tidak tahu harus mengobrol apa."

Ara mendecah gemas, "ajak ngobrol apa saja. Obrolan orang dewasa, Pa."

Taehyung menahan senyum membayangkan tema dewasa apa yang bisa dia obrolkan dengan Yoona, mungkin topik-topik bahasan yang vulgar yang pastinya akan membuat Yoona melotot marah dan langsung menampar wajahnya. Astaga, kenapa aku berpikir ke arah itu? Taehyung menjadi kaget sendiri. Sudah lama sekali-----ya sudah lama sekali----ia tidak pernah lagi bersenda gurau ataupun melontarkan lelucon berbau hal-hal dewasa. Tidak sejak malam terkutuk itu.

Ara mengubek-ubek isi tas ranselnya. Ia mengeluarkan satu kotak cemilan cokelat dan menyodokkannya ke perut ayahnya, "tawari ahjumma kue, Pa."

"Ara saja."

"Iih, Appa." Ara menepuk jidat. "Appa jangan pemalu begitu, dong. Ara kan jadi malu."

"Ara malu kenapa?"

"Ara malu punya ayah pemalu." Bibir mungilnya mencibir sang ayah.

"Kok Ara begitu sih?" Protes Taehyung.

"Ara kan ingin punya ibu-----"

Sebelum Ara menyelesaikan kata-katanya, Taehyung cepat-cepat menutup mulut gadis itu. "Oke-oke, Appa akan tawari Yoona ahjumma kue." Bisiknya.

"Jangan tawari dari sini. Appa pindah ke sebelah ahjumma." Ara kembali berbisik.

"Iya-iya." Taehyung mengambil kotak biskuit cokelat punya Ara dan bangkit. Ia berdehem sedikit sebelum berdiri di samping bangku Yoona.

Agar tak ada yang sempat menduduki bangkunya secara asal, Yoona selalu menduduki bangku paling luar dan membiarkan bangku di dekat jendela kosong. Yoona mendongak menyadari bahwa perut Taehyung hampir saja mengenai pipinya.

"Kue?" Sodor Taehyung.

Yoona menggeleng.

"Uhm." Taehyung memandang langit-langit kereta. "Dingin, ya?"

Yoona tak bersuara, namun ia mengangguk kecil. Matanya masih terfokus pada layar ponsel.

Dari samping, Ara menowel-nowel pantat ayahnya. Taehyung spontan menoleh.

Ara memberi isyarat agar sang ayah duduk saja di bangku dekat jendela yang kosong. Taehyung menggeleng, ia tak mau melewati Yoona yang sedang duduk di bangku lorong.

"Ayo, Appa!" Ara mendesis tak sabar.

Taehyung memberi isyarat agar Ara diam dan berhenti berbisik-bisik atau menyodok bokongnya.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang