Bab 20

721 102 71
                                    

Namun Yoona enggan berduaan dengan Taehyung, ia melengos keluar dari dalam dapur. Dengan gesit, Taehyung segera menghalangi jalannya.

"Kau sungguh mengganggu sekali!" Desis Yoona jengkel. "Kularang kau datang ke ultah Ara, tapi kau malah sengaja datang dan merusak suasana hatiku! Tidak tahukah kau kalau aku tak mau melihat apalagi bicara denganmu?"

"Tapi aku sangat rindu padamu, Yoona." Cekungan di bawah mata Taehyung membuat Yoona menduga kalau lelaki tampan itu pasti tidak tidur selama beberapa hari ini. Apakah Taehyung tak bisa tidur karena memikirkan dan merindukan dirinya?

"Tapi aku tidak." Sahut Yoona tawar. "Aku harap kau tak usah membuang-buang waktuku lagi."

Taehyung tampak tak berdaya. "Apakah aku terlalu jahat untuk kau maafkan?"

"Aku sudah memaafkanmu demi Ara, tapi hatiku terlanjur patah arang padamu. Mengerti?" Dengan sebuah tepisan ringan, Yoona menyingkirkan Taehyung dari hadapannya dan melenggang keluar dari dalam dapur.

Taehyung berdiri termenung putus asa di dekat lemari es. Entah apa yang tengah ia pandangi, apakah lantai, tembok, atau kisah cintanya yang mesti berakhir tragis seperti ini?

Dari ruang TV, sambil berguyon dengan Ara, Yoona melirik ke arah dapur. Melihat Taehyung yang masih mematung di dalam sana tak ubahnya bagaikan sebuah layang-layang putus, Yoona merasa sangat iba. Ingin hatinya memeluk dan mendekap Taehyung dengan sebuah kehangatan yang penuh cinta, namun hatinya pula yang tak mau menerima segala penyesalan lelaki itu.

_______________________________________


Di rumah Tuan Lim, malam semakin bertambah larut. Jam dinding di ruang TV pun sudah berdentang sepuluh kali. Yoonjung dan kedua anaknya sudah pulang dijemput oleh suaminya sedari tadi. Taehyung tampak gelisah. Permainan kartu yang dimainkannya bersama ayah Yoona sudah tak menarik hatinya lagi. Ia bingung apakah mesti pamit pulang atau menunggu hingga Ara mengajaknya pulang.

"Menginap saja di sini." Celetuk Tuan Lim seolah tahu apa yang sedang mengusik benak Taehyung.

"Iya, Appa. Kita menginap di sini saja, ya?" Ara yang menemani ayah serta kakeknya bermain kartu ikut menyeletuk.

"Tapi di sini tidak ada kamar kosong." Sebelum Taehyung sempat menjawab, Yoona yang kebetulan melintas di ruang TV cepat-cepat mencetus.

"Ada kamar Yoonjung, kok." Ayahnya membuang empat sekop dari tumpukan kartu yang dipegangnya.

"Tapi kasihan Yeonghee ahjumma, dia tidak kebagian kamar." Yoona masih ngotot.

"Tak usah pikirkan saya, saya bisa tidur di mana saja." Yeonghee yang juga ada di ruang TV segera menyahut.

Taehyung melirik Yoona. Gadis itu tidak menunjukkan sikap bermusuhan secara terang-terangan, namun Yoona jelas-jelas enggan menerimanya menginap di sana.

"Terimakasih sudah mengundang saya untuk menginap, tapi sebaiknya saya pulang saja. Saya tidak bawa baju salin, saya juga yakin Yeonghee ahjumma tidak bawa perlengkapan apa-apa."

"Perlengkapan apa yang kalian butuhkan?" Tuan Lim menoleh Taehyung, "baju ganti? Kau bisa memakai bajuku. Yeonghee ahjumma bisa pakai baju Yoona atau baju milik Yoonjung yang disimpan di sini. Sikat gigi baru? Handuk? Aku punya banyak persediaan."

"Pasti Taehyung ada pekerjaan yang dia tinggal di rumah." Yoona kembali menyeletuk. "Iya, kan?" Ia sengaja menoleh bekas kekasihnya.

Taehyung paham arti tatapan Yoona padanya. Ia mengangguk. "Benar, saya ada pekerjaan yang mesti saya selesaikan malam ini juga."

Saat Taehyung menyudahi permainan kartu mereka, ia memandang Ara, "kau mau menginap di sini?"

"Ara mau pulang sama Appa." Ara merapihkan tumpukan kartu yang berserakan di atas meja kopi.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang