Bab 17

708 112 65
                                    


Sejak meninggalkan rumah dan memutuskan untuk membesarkan Ara seorang diri, Taehyung otomatis hidup sebatang kara. Hanya bayinyalah yang menjadi penghibur segala duka lara Taehyung.

Tapi Taehyung bukanlah seorang lelaki lemah. Ia sehat dan kuat. Setelah mendapatkan tempat tinggal, Taehyung mencari pekerjaan sambil berusaha untuk meneruskan kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai. Untunglah Taehyung dianugerahi dengan sepotong otak yang sangat cerdas. Ia berhasil mendapatkan beasiswa dari perusahaan tempatnya bekerja untuk meraih gelar sarjana meskipun ia mesti tunggang langgang membawa Ara ke kampus dan ke tempat kerja. Selama bertahun-tahun, banyak wanita yang menawarkan diri untuk menjadi ibu Ara dan juga menjadi isterinya, namun anehnya, hati Taehyung malah terpaut pada ibu kandung puterinya. Meskipun ia tidak mengetahui seperti apa bentuk muka ibu Ara dan perempuan itupun sudah meninggal dunia, Taehyung tetap menjaga kesetiaan serta cintanya hanya untuk satu perempuan itu saja.

_______________________________________


Di hadapan Tuan Lim, Taehyung kelihatan begitu kikuk. Padahal Tuan Lim tidak menunjukkan rasa benci padanya, tidak menyindir ataupun membeberkan rahasia yang ada di antara mereka berdua.

Perayaan ulangtahun Yoona berjalan meriah. Ara, Yeonghee, dan Yoona menyanyi banyak lagu serta menari. Tuan Lim pun tak segan untuk berjoget bersama Ara. Hanya Taehyung saja yang bertepuk tangan dengan wajah lesu. Ia merasa semua kebahagiaan ini hanyalah suatu perangkap, di baliknya pasti tersimpan satu rencana kesedihan yang akan mengejutkannya pada saat yang tak terduga.

"Appa, semalam Taehyung melamarku." Yoona memamerkan cincin emas yang kini melingkar di jari manisnya.

Tuan Lim tampak terkejut. Ia menoleh Taehyung. "Kau melamar puteriku?"

"Iya." Angguk Taehyung. Tak ada keraguan ataupun rasa takut yang tercermin di wajahnya yang begitu tampan. "Saya ingin menikahi Yoona."

"Benarkah itu? Benarkah?" Ara spontan melonjak. Saat Yoona mengiyakan, gadis cilik itu melompat-lompat kegirangan. Ia memeluk Yoona. Memeluk Taehyung. Memeluk Yeonghee. Dan memeluk sang kakek. "Kapan nikahnya? Kapan? Nanti Ara boleh pakai baju puteri raja, ya?"

Taehyung dan Yoona tersenyum.

"Kapan kalian akan menikah?" Ayah Yoona mengulangi pertanyaan Ara.

Yoona melemparkan pertanyaan ayahnya pada Taehyung.

"Saya ingin secepatnya." Taehyung menjawab jujur. Ada tenggat waktu yang sebenarnya harus ia hindari, yakni ulangtahun Ara bulan depan. Ia tak yakin akan seperti apa reaksi Yoona jika tahu bahwa ulangtahun Ara sama dengan ulangtahun bayinya yang dia kira telah lama wafat. Akankah Yoona menjadi histeris? Kembali dihantui oleh rasa trauma? Ataukah dia akan merasa curiga kalau Ara sebenarnya adalah anak kandungnya? Terlalu banyak kemungkinan. Dan mungkin saja, ayah Yoona sudah keburu buka mulut mengenai status Ara yang sebenarnya. Memikirkan semua kemungkinan itu membuat kepala Taehyung sakit dan tiba-tiba saja ia merasa depresi. Ia sungguh tak mau kehilangan Yoona. Oleh karena itu, jika memang Yoona mesti tahu siapa Ara dan siapa dirinya yang sebenarnya, sebaiknya Yoona mengetahui itu semua saat mereka berdua sudah menikah nanti.

Saat malam semakin bertambah larut dan Ara sudah terkantuk-kantuk dalam pangkuan ayah Yoona, Taehyung memutuskan bahwa itu adalah saat yang tepat untuk pulang.

"Dadah, Kakek." Ara memeluk Tuan Lim erat-erat. "Nanti saya boleh ya main-main di rumah Kakek?"

"Bukan boleh lagi, kau memang harus menginap di rumah Kakek." Tuan Lim membalas pelukan Ara dengan begitu hangat.

Melihat keakraban dan rasa sayang ayah Yoona kepada Ara, hati Taehyung diliputi oleh rasa syukur. Setidaknya Ara sama sekali tidak dibenci oleh kakeknya sendiri.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang