BAB 32

507 65 26
                                    


3 Hari Sebelum Kecelakaan


Taehyung duduk menyandar di depan kaki tempat tidurnya. Lelaki berambut pendek berparas amat tampan itu membuka sebuah album berwarna cokelat terang yang terbuat dari bahan kulit sintetis. Ia melembari setiap halamannya dengan perasaan nostalgia yang nyata. Di bibirnya terkulum sebuah senyuman. Meskipun langit malam masih gelap dan dadanya tak mengenakan apapun, ia sama sekali tidak merasakan dinginnya angin musim gugur yang menggigit kulitnya yang telanjang.

"Kau sedang melihat apa?" Seorang perempuan yang baru saja terbangun merangkak menghampirinya dari atas ranjang. Tubuh perempuan itu hanya terbalut selembar selimut. Ia menelungkup di pinggir ranjang, dagunya yang lancip bersandar pada pundak Taehyung yang dingin dan lengket. Dengan gerakan yang sangat lembut dan penuh kasih, ia mengalungkan kedua lengannya yang ramping ke dada Taehyung dari arah belakang. "Album foto?"

Taehyung menoleh dan tersenyum. "Ya. Ini album foto Ara selama sepuluh tahun ini. Eh, apakah aku membuatmu terbangun?"

Perempuan bernama Yoona itu mengecup pipi Taehyung dan memainkan cuping telinga calon suaminya. "Ya, kau membuatku terbangun."

"Bagaimana bisa? Apakah aku berisik?"

"Tidak. Aku terbangun karena saat kujulurkan tanganku tadi, aku tidak merasakan kehadiranmu di sisiku."

Taehyung tersenyum kecil. "Kau takut aku diam-diam pergi meninggalkanmu?"

"Kau berani meninggalkanku?" Yoona mencubit pipi Taehyung yang mulus.

"Mana mungkin aku berani. Aku tidak setolol itu meninggalkan wanita yang dengan susah payah kudapatkan."

"Susah payah apanya?" Cibir Yoona. "Kau mendapatkanku dengan relatif mudah."

"Sebelas tahun memendam cinta padamu sama sekali tidak terasa mudah bagiku." Cetus Taehyung. "Kau tidak tahu saja betapa tersiksanya aku selama itu."

"Tapi sekarang sudah tidak tersiksa lagi, bukan?" Yoona menarik pipi Taehyung keras-keras. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyum kecil yang begitu mempesona.

Taehyung mengecup bibir yang melengkungkan senyum mempesona tadi. "Kau benar-benar membuatku cinta mati padamu."

Yoona meremas-remas lembut rambut Taehyung yang hitam legam. "Aku tidak percaya pada rayuan mulut manismu itu."

"Jadi kau lebih suka jika aku bersikap dingin dan irit kata-kata?" Taehyung menahan senyum. "Tapi bersikap dingin adalah keahlianmu. Aku pasti akan kalah telak darimu."

Yoona menekuk bibir. Kelima jari tangan kanannya kini membelai-belai dada Taehyung. "Seharusnya kau tahu kalau sindiranmu itu tidak akan mempan padaku." Yoona menyentil dan memainkan puting susu Taehyung. "Aku menjadi dingin akibat ulahmu yang dahulu, tapi aku juga bisa bersikap hangat karena dirimu. Ah, kau memang kurang ajar. Bisa-bisanya membuatku menjadi seperti ini."

"Kau menyesal kenal denganku?"

"Tidak."

Taehyung dan Yoona saling bertatapan. Percikan asmara di antara keduanya terlalu jelas terlihat. Jika tidak ditahan-tahan, keduanya sudah pasti akan saling menerjang dan mengulangi lagi keintiman yang beberapa jam lalu mewarnai ranjang mereka. Tapi cinta tidak mesti selalu dinyatakan melalui hubungan fisik yang menggebu-gebu dan menggelora. Seringkali cinta justru termanifestasikan dalam sebuah tatapan yang saling beradu dalam sunyi. Tanpa perlu berucap kata, tanpa perlu saling memagut, sepasang kekasih dapat saling memahami dan menikmati indahnya kasih cinta mereka hanya dengan berbagi satu momen intimasi yang lahir dari peraduan dua tatapan mata.

"Apa yang kau pikirkan, Tae? Mengapa tiba-tiba saja kau membuka album foto di tengah malam seperti ini? Tak bisakah kau menunggu sampai esok pagi?" Yoona mengusap dan mengurut tengkuk leher Taehyung yang lembab. Ia menoleh album foto yang terbuka lebar di atas pangkuan Taehyung.

LAST TRAIN TO SEOUL || VYOON FANFICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang