13🥀

4.8K 533 18
                                    

Part ini hanya terdiri beberapa kata saja, dan di penuhi dengan typo serta ketidakjelasan.

•••••●■●••••••

"Manusia itu memang egois, mereka rela mengorbankan apapun agar kesalahannya bisa tertutupi."

-ALANA-

Perlahan namun pasti, Alana mulai membuka matanya, akibat sinar matahari yang perlahan mulai menyorot ke arahnya.

Alana bukan tidur, Alana hanya memejamkan mata saja, karena semalaman ia berusaha tidur, namun ia tidak bisa.

Jalanan masih sepi, karena ini masih subuh, belum seramai ketika siang hari nanti.

Alana memegangi kepalanya yang terasa sangat nyeri, pandangannya semakin membuyar, darah itu kembali menetes dari hidung gadis itu.

Alana tumbang ke samping, namun ia masih bisa melihat bahwa ada orang yang mendekat ke arahnya dan berusaha mengajaknya berbicara.

"Kamu ngapain disini? Kenapa baju kamu basah semua?" Tanya laki laki itu.

Telinga Alana berdengung, pandangannya semakin membuyar, Alana diam tak merespon, sebelum akhirnya ia bersuara.

"Kak Raga ..."

🥀_Wunde_🥀

Raga meletakan Alana di atas sofa ruang kerjanya. Sebenarnya ia berniat akan ke Caffe hanya untuk mengambil beberapa berkas yang tertinggal, akan tetapi, ia dikejutkan ketika mendapati, seorang gadis yang pernah ia temui beberapa hari yang lalu, sedang duduk lesehan setengah sadar di depan Caffe nya.

Raga menghela napas pelan, sembari mengelap dan mengobati luka lebam di wajah Alana. Sudah satu jam Alana pingsan, namun belum ada tanda tanda Alana akan bangun.

Raga duduk di bawah samping sofa yang Alana tempati. Pemuda itu, tak henti hentinya menghela nafas khawatir.

Raga meraih handphone, lalu mulai memainkannya, kini ia mulai fokus pada layar ponselnya.

"Aw," ringis Alana yang baru sadar sambil memegangi kepalanya.

Raga langsung melirik ke arah Alana, dengan gerakan cepat Raga langsung membantu Alana yang berusaha duduk.

"Kak Raga?" Tanya Alana.

Raga nampak terkekeh pelan. "Kamu masih inget aku?"

Alana mengangguk, sebelum akhirnya memegangi kepalanya yang sudah di tambal perban.

Raga terus memperhatikan pergerakan gadis di depannya itu. Cantik.

"Kak Raga yang udah bersihin dan obatin luka aku ya?"

Raga mengangguk, lalu mengelus pipi penuh lebam milik Alana.

"Maaf kak, aku ngerepotin." Alana menundukkan kepalanya.

Raga menatap wajah Alana dengan tatapan sulit di artikan, lalu menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Kamu kenapa?" Pertanyaan Raga sontak membuat hatinya kembali ngilu, tanpa ia minta, air mata itu lolos begitu saja, membasahi pipinya.

Raga berusaha menenangkan Alana, ia berusaha memeluk Alana, namun Alana menolaknya.

"Jangan kak, baju aku kan kotor dan basah." Cegah Alana, sambil menjauhkan dirinya.

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang