Vote nya pren jangan lupa, satu vote dari kalian itu mood booster aku banget ♡
Jangan lupa follow juga akun author ya! Biar gak ketinggalan info terbaru dari cerita ini. NatasyaSalvia
Ada krisar ? Mari tuangkan.
🥀Happy reading🥀
••▪︎••
"Karena sebuah kesalahpahaman, bisa berakhir pada kata penyesalan."
Gadis itu duduk di pinggir ranjangnya. Menatap datar layar ponselnya. Sejak tadi kepalanya berdenyut nyeri, entahlah ini terlalu menyakitkan, tak seperti biasanya.
|| Untuk Alana Audreleya, dimohon besok hadir ke sekolah untuk melakukan latihan menyanyi.
Ketika satu pesan dari wali kelas masuk ke dalam ponselnya, kini Alana berdecih pelan. Percayalah, ia sangat tidak ingin menyanyi di acara perpisahan sekolahnya itu.
Setelah melempar ponselnya ke atas kasur, gadis itu kembali memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Ia bangkit, mengacak seisi laci nakasnya, berusaha mencari obat-obatan resep dari Dokter Zidan.
Biasanya sehabis makan, ia akan mengonsumsi obat itu. Tetapi obat itu sama sekali tidak dapat ia temukan.
Dia juga sudah memeriksa laci nakas dan lemari lainnya, namun hasilnya nihil.
Gadis itu terduduk di bawah samping ranjangnya, sembari menundukkan kepala dan menarik rambutnya, berharap hal itu bisa meredakan rasa sakit itu.
Ia harus mencari kemana lagi? Alana selalu menaruh obat itu pada tempat yang sama, di dalam laci nakas. Dia tidak mungkin salah.
Kepalanya tiba-tiba berdenyut begitu hebat, hingga matanya mulai memburam. Alana tidak tahan dengan semua ini, ia ingin menyerah saja.
Satu panggilan masuk dari Vandra. Namun Alana memilih untuk mengabaikannya, ia tak mau jika hadirnya hanya akan membuat susah orang lain.
Vandra kembali menelpon, dan Alana terpaksa untuk mengangkatnya, mungkin cowok itu hanya akan mengabari latihan menyanyi esok.
"Lo di mana, Na?" Tanya cowok itu setelah panggilan tersambung.
Alana kembali memegangi kepalanya, ia juga berusaha membuka matanya. "Aku dirumah."
Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana. "Kenapa lama banget angkat telpon dari gue?"
"Eng-Enggak denger." Alana tak dapat berkata panjang. Gadis itu meremas dadanya, yang terasa sangat sesak."A-Aku ngantuk."
"Kenapa suara lo, kaya gitu?"
"Udah dulu ya." Ucap Alana, lalu mematikan panggilan. Gadis itu tertunduk menatap lantai, pasokan oksigen di sekitarnya semakin menipis, hingga tanpa ia sadari, darah segar juga ikut mengalir dari dalam hidungnya.
Sebelumnya Alana tak pernah merasa sakit, sesakit ini. Jika saja ada obat dari dokter zidan, atau obat pereda nyeri lainnya. Ia pasti tak akan kesakitan seperti ini, sayangnya, obat-obatan itu tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
WUNDE ( Selesai )
Teen Fiction🥀Wunde dalam bahasa Jerman, berati Luka.🥀 Ini hanya secarik kisah tentang Alana Audreleya, seorang gadis yang tak pernah di berikan sedikitpun kekuatan untuk melawan kerasnya semesta. Dan suatu malam, dia di pertemukan dengan -Gevandra- lelaki ya...