15🥀

4.9K 514 34
                                    

"Nyata nya manusia bisa menilai seseorang, tanpa mencari tau kebenaranya terlebih dulu."

-ALANA-

"Bu, tapi aku gak salah." Alana mencoba meyakinkan Bu Yuli-- selaku kepala sekolah SMA ANTARIKSA.

"Kamu itu sudah mencemarkan nama sekolah ini Alana!"

"Percaya sama aku bu." Pinta Alana lagi.

Yuli menyodorkan beberapa berkas yang di susun dalam stopmap.

Alana menatap stopmap itu sendu, tanpa ia minta air mata itu kembali menetes dari pelupuk matanya. Ternyata hanya sampai sekian ia berjuang agar bisa masuk SMA keinginannya dari dulu, hingga Alana harus belajar keras agar bisa mendapatkan beasiswa di sekolah ini, namun semuanya berantakan akibat fitnah yang dilakukan oleh Nasya.

"Itu berkas berkas kamu yang ada di sekolah ini, mulai besok kamu tidak usah masuk ke sekolah ini lagi, cari sekolah lain yang mau menerima kamu, dan terima kasih karena kamu sering membanggakan nama sekolah ini atas prestasi olimpiade kamu."

Alana meraih berkas berkas itu, dengan tangan bergetar. Lalu mengangguk pasrah, "Makasih ya bu, karena ibu sudah tidak mempercayai saya."

Alana berdiri, "Permisi." Lanjut Alana, beranjak pergi dari hadapan Yuli dengan sangat sopan.

"Saya juga sebenarnya tidak percaya jika kamu melakukan semua itu, tapi semua bukti menjurus ke kamu, Alana." Gumam Yuli.

Alana berjalan di koridor sekolah, gadis itu memandang ke arah lapangan, "Terima kasih satu tahunnya, aku bangga bisa sekolah disini, walau hanya sebentar." Gumam Alana.

Gadis itu kembali berjalan.

"Penjahat emang gak pantes sekolah disini."

Tiba tiba saja, tangannya ada yang menarik. Alana nampak terkejut, namun ia berusaha menahan emosinya.

"Sini lo, kejahatan harus di balas dengan kejahatan." Ucap seorang gadis, bersama dengan kumpulan gengnya.

Gadis itu adalah Kanara, kakak dari Vino, yang bersekolah satu sekolah dengan Alana, ia lebih tinggi satu kelas dari Alana. Lebih tepatnya, kakak kelas Alana.

Kanara terus menarik lengan Alana, Alana hanya diam, ia telah mati rasa.

Kanara mengikat tubuh Alana di pohon besar, Alana berusaha melepaskan diri namun tidak bisa.

"Tali yang kenceng." Suruh Kanara pada salah satu temanya.

"Kalian pada mau ngapain aku?"

"Diem lo psycopath." Bentak Kanara.

"Lepasin aku."

"Ogah."

Ketiga gadis yang menjabat sebagai kakak kelas Alana itu, terus melancarkan aksinya, satu gadis berperan untuk memegangi tubuh Alana, dua gadis lainya berugas mengikat Alana pada batang pohon besar.

Mereka semua berada di taman belakang sekolah, tempatnya sangat sepi, sehingga mungkin tak akan ada yang mendengar suara yang mereka hasilkan.

Ketika gadis itu sudah berhasil mengikat Alana dengan sempurna.

"Good job." Kanara yang sedari tadi hanya menyaksikan sambil memberi perintah kepada ketiga temanya, kini mengapresiasi hasil kerja temannya.

"Mau di apain nih Ra?"

Kanara tersenyum meremehkan, "Mau gue bikin dia nyesel, karena udah mau bunuh adik gue."

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang