Mengapa semua pergi meninggalkan ku? Siapa lagi setelah ini?
•••●■●•••
Alana berada di dalam kamar nya, ia benar-benar sangat kacau. Sedari tadi, suara ketukan pintu berulang kali menggema disana, namun tak cukup juga mengalihkan atensinya."Na, kamu di dalem?"
Tok tok tok
Gadis itu tak menghiraukan suara berat yang memanggilnya. Ia berjalan lunglai, menuju ke dalam kamar mandi, tangan nya meraih sebingkai foto yang tergeletak indah di atas nakas meja.
Ia memeluknya sangat erat, sebelum tubuhnya jatuh tak berdaya di atas lantai kamar mandi. Ia meringsut duduk sembarang di atas lantai kamar mandi. Air mata nya seolah sudah tak mau lagi keluar, entah habis atau mengering.
Air shower telah menyala sedari tadi, mengguyur tubuh ringkih Alana. Mata nya sudah sangat sembab, hingga rasanya ia tak bisa membuka matanya.
Alana tak ikut dalam acara pemakaman Ayah kemarin, sebenarnya ia ingin sekali ikut, melihat untuk terakhir kali nya Ayah berada di dunia ini. Namun Raga melarangnya, ia menyuruh Alana untuk tetap berada di apartemen.
Raga, cowok itu sudah pergi kembali ke Semarang, sejak semalam. Sedangkan Ayah, dikuburkan di Jakarta, agar Alana bisa menemui Ayahnya kapan pun Alana mau, sesuai dengan ucapan Yudha yang terakhir kalinya.
Dan kini, Alana merasa sendiri. Seolah perlahan orang yang ia sayangi semakin menghilang. Katanya ini adalah cobaan agar Alana bisa semakin dewasa, tapi Alana tak sanggup.
Dalam apartemen nya, ia tak sendiri, ada Gevandra yang sejak kemarin menemani nya. Alana berada di dalam kamar, sedangkan Vandra berada di ruangan lainnya.
Gevandra merasa khawatir akan kondisi gadisnya, karena sejak kemarin gadis itu belum keluar juga dari dalam kamarnya.
"Ayah, kenapa pergi ninggalin Alana?" Lirihnya sendu.
Gadis itu menenggelamkan kepalanya ke dalam bak air. Entahlah, kini Alana benar-benar berada di titik terendahnya.
Ayah sedih kalo liat anak cantiknya Ayah nangis.
Alana mendengar suara itu dengan sangat teramat jelas. Itu suara Ayah, suara lembut Ayah kini menyapa indra pendengarannya. Gadis itu merotasikan bola matanya, seolah sedang mencari suara itu.
"Ayah! Ayah dimana? Ayah ada disini? Ayah peluk Alana. Alana kangen,"
Tok tok tok
"Na, dengerin aku ya. Kamu inget 'kan kata-kata terakhir Ayah kamu? Dia gak suka lihat kamu nangis, Na. Ayah kamu bakalan sedih di sana."
Suara Gevandra dari luar kamar Alana, ia bercara sedikit lebih keras dari sebelumnya, agar Alana bisa mendengar perkataannya.
Alana mendengar suara bariton itu, ia sedikit tersadar bahwa yang dirinya lakukan itu tak baik dan tak bermanfaat, hanya akan menambah rasa sakit di dada saja. Seharusnya Alana tidak tenggelam secara berlarut-larut dalam kesedihan, karena ini hanya akan membuat Ayah nya tak tenang di alam sana.
Ia beranjak, mematikan shower, membuka pintu kamar mandi, dan akhirnya gadis itu membuka pintu kamarnya, dan ia langsung di sambut hangat oleh lelaki itu.
Cowok itu mendekapnya lama dan erat, seolah tak ingin gadis nya pergi dari sana.
"Jangan gitu lagi, Na." Tutur nya pelan, sembari memeluk Alana.
Brak
Pintu terbuka dengan sangat keras, menampilkan sesosok gadis cantik menatap Alana dan juga Vandra dengan sendu, matanya nampak berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
WUNDE ( Selesai )
Teen Fiction🥀Wunde dalam bahasa Jerman, berati Luka.🥀 Ini hanya secarik kisah tentang Alana Audreleya, seorang gadis yang tak pernah di berikan sedikitpun kekuatan untuk melawan kerasnya semesta. Dan suatu malam, dia di pertemukan dengan -Gevandra- lelaki ya...