42🥀

4.6K 438 63
                                    

"Perihal rasa yang telah jatuh ke salah satu hati."

☆••●••☆

Note : Baca cerita ini dari awal, yuk. Biar gak salah paham, apalagi sampe bawa-bawa cerita author lain ke cerita ini.

Happy reading!

Dua bulan menuju hari kelulusan, membuat para siswa mempersiapkan hal tersebut dengan matang. Seperti siswa-siswi SMA GARUDA, hari ini adalah hari pertama ujian nasional.

Capela berjalan santai di koridor sekolah, seperti biasanya, gadis itu berjalan dengan dua teman yang selalu ada di sisi nya. Ia harus menikmati, hari-hari terakhir menjadi kakak kelas, sebelum kelulusan memutusnya.

Langkahnya berhenti, ia menaikan satu alisnya. Sedangkan kedua teman Capela, menyatukan alis pertanda kebingungan.

"Kok berhenti sih, La? Kelas kita 'kan masih jauh," protes Airin.

Capela menunjuk salah seorang gadis yang baru saja memasuki kawasan sekolah, dengan bawaan beberapa buku di tangannya.

"Gimana, jadi nyebarin berita itu?" Tanya Airin---Sahabat Capela, sedikit berbisik.

Capela tersenyum smirk. "Jadi. Gue bakal bikin gadis licik itu semakin menderita."

Vera membuang napas jengah, menatap netra kedua sahabatnya secara bergilir. "Hari ini kita ujian nasional, lebih baik kita fokus ke ujian dulu."

Capela mengangguk patuh. "Iya, kita lakuin rencana itu pelan-pelan. Hari ini, kita bully kecil-kecilan aja, buat balas dendam kejadian kemarin."

"Tentang Vandra yang nolongin dia sampe bawa ke UKS itu?"

"Iya."

🥀_Wunde_🥀

Guru paru baya itu memasuki ruang kelas Alana, setelah meletakan beberapa buku, ia menyapa murid yang ada di dalam kelas. "Selamat pagi."

"Pagi, Bu." Ucap mereka serempak.

"Untuk persiapan perpisahan di sekolah, akan di adakan pesta perpisahan yang cukup besar. Dan untuk kelas kita mendapatkan bagian menyanyi dan membaca puisi, untuk tiga orang."

"Alana Audreleya, menyanyi. Tari Marsila dan Farhan Aditama, membaca puisi. Itu keputusan yang di buat oleh pihak OSIS."

"Aku gak pede," lirih Alana pada Tari.

"Kenapa?" Tari sedikit memiringkan kepalanya, menatap Alana yang sedang menatap lurus ke depan sana.

Alana kembali melirik Tari. "Suara aku jelek,"

Tari terkekeh. "Kamu ngomong biasa aja suaranya merdu, apa lagi nyanyi."

Alana mencibikan bibirnya kesal, lalu kembali membuka suara. "Kamu sendiri gimana?"

"Aku gak gimana-gimana. Aku malah seneng bisa tampil bareng Farhan."

"Kok gitu?"

"Hust, jangan keras-keras," Tari menjeda ucapannya. "Aku itu, sebenarnya suka sama Farhan."

Alana menganga, gadis itu melirik kebelakang sekilas, tepat dimana Farhan duduk. "Cie, ada yang jatuh cinta nih," ejek Alana, lirih tepat di telinga Tari.

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang