21🥀

4.7K 549 34
                                    

Yang gak pernah tekan vote, ada masalah apa sih? Sini curhat bestie ^.^

>•••••●◇°◇●•••••<


Pagi-pagi sekali Alana sudah berada di dapur, menyiapkan sesaji makanan untuk kegiatan sarapan paginya. Setelah sekian lama ia berkutat dengan peralatan dapur, gadis itu duduk di depan ruang tv sembari memakan masakannya tadi.

Gadis itu memutar bola matanya, merotasikannya ke segala penjuru ruangan. Helaan nafas berat keluar dari bibir kecilnya, ia tersenyum tatkala netra nya menatap sebingkai foto. Sesosok lelaki muda kisaran umur 34 tahun sedang tersenyum menghadap ke arah Alana. Walau hanya sekedar foto, namun sosok itu terasa nyata ada nya, sesosok itu seakan masih ada di dalam ruangan ini. Entah perasaan nya saja atau apa yang sedang aneh, Alana merasa Yudha akan pergi jauh dan tak kan kembali, sesegera mungkin Alana menepis pikirannya itu jauh-jauh.

Alana melirik ke arah jam dinding yang tertempel indah di dinding ujung ruangan. Perasaan gelisah seakan menghantui nya setiap hari, entah mengapa hari ini rasa itu tak seperti biasanya.

Hari ini, tepat hari selasa, adalah hari pertama Alana memasuki sekolah barunya. Alana sangat berharap di sana ia bisa menemukan teman baru, ia berharap ia bisa menemukan sosok Shafa, atau sosok teman yang bisa semengerti Shafa.

Alana menaruh piring yang sudah ia gunakan ke rak piring kotor, ia akan mencucinya setelah pulang sekolah nanti. Gadis itu melangkah kan kaki jenjangnya keluar, menyusuri setiap inci keramik putih kecoklatan di dalam apartemennya.

Cibikan kecil terdengar keluar dari mulut Alana, gadis itu sedari tadi sudah berdiri di depan pagar apartemennya. Cukup lama, namun belum juga ada kendaraan umum yang melintas searah dengannya.

Satu senyuman terbit dari bibir gadis itu, ketika netranya menangkap satu angkot mendekat ke arahnya. Melambaikan tangan lalu memasuki angkot tersebut.

"SMA Antariksa ya Neng? Gak se arah Neng, kalo mau ke SMA itu, arahnya ke sana." Ujar supir angkot itu, sembari menunjuk ke arah yang berlawanan.

Alana berdehem singkat. "Aku sekolah di SMA Garuda Pak, pindahan dari Antariksa."

Jawaban Alana di angguki oleh supir angkot itu. Tak lama mobil itu jalan ke arah tujuan mereka.

"Tumben banget, anak SMA Garuda ada yang mau naik angkot, di sana kan pada naik motor gede kalo gak ya make mobil, Neng." Ujar supir angkot itu heran.

"... Neng gak malu?" Lanjutnya bertanya.

Kekehan ringan terlepas dari bibir Alana, gadis itu menatap heran supir angkot yang berada di depannya itu. Dengan leluasa keduanya bisa saling berbicara karena belum ada penumpang lain selain Alana.

"Kenapa harus malu, Pak? Aku kan cuman naik angkot aja, gak mencuri," jawab Alana.

Supir angkot itu menganga tak percaya atas ucapan Alana.

"Wah, baru kali ini nih Bapak nemu siswi Garuda yang baik hati kaya Eneng."

Lagi-lagi Alana di buat ke heranan oleh supir angkot tersebut.

Hanya membutuhkan waktu 25 menit saja yang perlu mereka tempuh, kini angkot itu berhenti sedikit jauh dari gerbang utama Sekolah besar nan megah itu.

"Ini Pak uang nya---- kembaliannya buat Bapak aja." Ujar Alana tatkala kaki jenjangnya sudah menapak di atas tanah.

Supir itu nampak tersenyum bahagia, bisa dilihat dari lekukan wajahnya. "Aduh Neng, baik hati banget sih. Semoga kita ketemu lagi ya."

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang