22🥀

4.5K 486 33
                                    

"Terkadang kita terlalu sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru."

•••••●■●•••••

Dengan langkah tergesa gesa Alana berjalan menyusuri setiap koridor sekolah yang Alana sendiri masih bingung dengan seluk beluk sekolah ini.

Dengan langkah ragu, Alana memasuki sebuah ruangan yang di atas pintu terdapat tulisan XI MIPA 5.

Ruangan kelas yang terjejer paling pojok dari sekian banyak kelas. Setelah dulu Alana mendapatkan kelas terdepan, kini ia mendapatkan kelas paling akhir. Menandakan siswa di sekolah baru nya, pasti pintar pintar. Tapi tak apa, bagi Alana yang penting masih masuk IPA.

Tangannya merasa dingin, ia membuka knop pintu yang sudah tertutup.

"Permisi." Ucap Alana, sambil mendorong knop pintu.

Nampak seorang guru wanita paru baya, berjalan mendekatinya. Tersenyum lalu merangkulnya.

"Siswi baru ya?" Tanya nya dengan nada sangat lembut menenangkan.

Alana mengangguk dengan tersenyum, keduanya berada di depan kelas. Setelah di tanya beberapa hal oleh guru tersebut, Alana dipersilahkan untuk memperkenalkan dirinya di hadapan semua teman barunya.

Alana duduk di barisan paling belakang, karena hanya ada tempat itu yang kosong. Entah mengapa Alana sedikit merasa tidak nyaman dengan teman teman barunya, semua berpakaian rapi bersih, dan terlihat seperti menggunakan atribut yang bermerek, terlihat jelas mereka seperti kaum kaya raya. Alana lebih memilih menjadi dirinya sendiri yang sederhana, meskipun Ayahnya memiliki harta yang berlimang, tapi bukan berarti Alana harus tampil feminim dan mewah.

Alana berdoa dalam hatinya, semoga ia bisa menyatu dengan lingkungan sekolah ini, semoga teman barunya bisa menerimanya sebagai teman.

Setelah sekian lama Alana mengikuti pelajaran, kini bel istirahat berbunyi, membuat keramaian di semua penjuru sekolah. Alana masih tak bergeming di bangkunya, kelas nya terasa sangat sepi. Hanya ada ia dan... keheningan.

Tak ada suara hiruk pikuk siswa yang berlalu lalang, karena kelasnya berada di pojok.

Alana menenggelamkan wajahnya di dalam lipatan kedua tangannya. Tak cukup lama hening menemaninya, suara derap langkah ringan membuat atensinya teralihkan. Pandangannya terangkat menatap seorang lelaki jangkung dengan baju basket yang menempel di dirinya.

Alana merasakan detak jantung nya tak wajar, baru kali ini Alana merasakan hal seperti ini. Apa kah ia jatuh cinta? Ah tidak mungkin.

"Hai ..." Sapa cowok itu.

Alana menelan salivanya susah payah.

Gue Gevandra gibran leonatan.

Dia adalah lelaki yang Alana temui di kala malam hari, dini hari, di persimpangan jalan taman dekat kompleks nya.

Alana membalas senyuman lelaki itu. "Hai."


"... Alana audreleya," Ucapnya sambil memperhatikan name tag seragam Alana.

Alana meringis, sembari melihat name tag nya sendiri.

"Nanti siang, kita pulang bareng." Ucap lelaki itu lagi penuh dengan tekanan.

"Tapi, nanti aku bisa naik Taksi kok----" ucapan Alana terpotong.

Jari telunjuk cowok itu menempel di bibir Alana, menyuruh gadis itu agar tak melanjutkan perkataannya.

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang