"Aku tak suka di paksa, aku mempunyai pilihan dan tujuan sendiri."
-GEVANDRA-
•••••●■●•••••
Seorang cowok berjalan santai melewati setiap inci lantai putih besar dan megah, langkahnya melangkah di setiap anak tangga. Langkahnya terhenti tepat di anak tangga ke enam, ketika suara dehem an bariton berat mengalihkan atensinya.
"Dari mana saja kamu?" Suara berat seorang lelaki paru baya di bawah anak tangga membuat langkah Gevandra terhenti.
Wajahnya berubah menjadi datar, ketika mendapati orang di bawah sana. Lelaki paru baya itu menghampiri Gevandra yang masih tak berkutik di anak tangga.
"Main," jawab Gevandra singkat.
Plakkk
Tubuh Gevandra terhempas miring ke arah kiri, tangannya ia gunakan untuk menopang badannya agar tak jatuh dari posisinya berdiri. Setelahnya, tangannya terkepal kuat disisi tubuhnya, meredam amarah agar tak melakukan hal yang bisa menyakiti lelaki di hadapannya itu.
"Kamu lagi deket sama cewe lain, selain Capela? Kamu tahu kan, sebentar lagi kamu akan tunangan sama Capela?" Tanya lelaki itu, nafasnya terlihat memburu tak karuan menahan emosi.
"Iya,"
Jawaban singkat yang selalu Gevandra keluarkan, membuat ia semakin emosi.
"Kamu tahu tidak? Siapa orang di hadapan kamu? Saya ini Ayah kamu Vandra! Hargai!"
"Jika anda adalah Ayah saya, anda tak akan memaksa kan keputusan yang anda buat sepihak."
"Ini sudah kita rancang sejak lama! Capela itu anak yang baik, dan pintar."
"Untuk kepentingan bisnis anda?"
Habis sudah kata kata yang akan di keluarkan oleh lelaki paru baya itu. Tak ada balasan apa apa dari mulutnya, lantas Gevandra meninggalkannya yang masih membisu di tempatnya.
Langkah nya ia percepat menuju ke dalam ruangan yang di dominasi dengan warna abu tua, tangannya terulur membuka knop pintu, memasuki ruangan itu dan melempar kan tas nya ke sembarang arah.
Cowok berseragam putih abu abu yang nampak berantakan itu duduk, di tepi ranjang king size tatapannya kosong, tak ada semangat hidup. Tiba tiba saja, terlintas wajah seorang gadis yang belakangan ini selalu menjadi warna di kegelapan dunia nya.
Tangannya merogoh saku celana seragamnya, mengambil handphone berwarna hitam. Jari kekar nya mulai bermain di aras layar ponsel, mencari satu nomor yang akan ia hubungi.
Tutttt... tuttt....tuttt...
"Hallo, Na? Kamu udah tidur?" Tanya Gevandra, cowok itu merentangkan tubuhnya di atas ranjang. Menaruh ponsel nya di sela telinga, dan menatap langit langit kamarnya.
"Belum kak," Jawab Alana dari seberang sana.
"Kenapa belum?"
"Kalo udah, pasti aku gak bisa ngangkat telfon kak Vandra."
Benar juga apa kata Alana, Vandra terkekeh kecil, lalu kembali berucap.
"Besok main ya, kita jalan-jalan."
"Boleh kak, tapi pulangnya jangan malam malam ya,"
"Siap, Ratu ku." Gevandra menjawab dengan sangat antusias.
"Iya Raja ku," Alana terkekeh dari seberang sana.
"Sudah sana tidur, anak gadis gak boleh begadang." Suruh Gevandra.
Tak lama, Gevandra mematikan sambungan ponselnya, mempersilahkan Alana untuk tidur, menghabiskan malam nya dengan istirahat.
Tapi Gevandra tak tau, jika Alana sangat sulit untuk tertidur malam, kecuali ia menenggak sebutir obat tidur, bahkan kadang lebih dari satu.
Lelaki itu masih terlentang di atas kasur, memori masa lalu nya terlintas melewati benak nya begitu saja tanpa izin.
"Vandra, nanti kalo udah besar harus nurut sama Ayah ya? Nanti kalo Mamah udah gak ada, jangan nakal, selalu dengar kan apa kata Ayah.Vandra harus jadi anak yang kuat, selalu taat akan perintah Tuhan."
Air mata membasahi pelupuk mata cowok itu, Gevandra adalah sosok yang sangat dingin, cuek dan garang jika berada di sekolah, tapi sejatinya Gevandra adalah sosok yang sangat mengenaskan, Gevandra adalah anak yang kesepian, Gevandra adalah luka, luka yang tak akan terobati.
Kehilangan sosok Ibu adalah luka hati terbesar bagi Gevandra, sejak itu, Gevandra menjadi seorang lelaki yang pendiam, dan tak banyak bicara.
Ayah nya, yang seharusnya menjadi panutan dan teman hidup nya di kala kegelapan dunia yang menyapa kehidupannya. Justru tak pernah peduli dengannya, Ayah nya selalu memaksakan kehendak nya sendiri tanpa mau mendengarkan suara hati kecil anaknya.
Gevandra capek, Gevandra juga lelah, tapi Gevandra tak bisa melawan garis takdir yang sudah Tuhan nya tuliskan di buku takdir hidupnya.
Gevandra berjalan keluar rumah, mengambil motor suport nya di garasi, lalu mengendarainya, membelah angin malam yang menerpa helm full face yang ia kenakan.
Ia memberhentikan motor nya di tepi jalan. Berjalan lunglai sembari menatap kosong jalanan, langkahnya terhenti di kursi panjang pinggir jalanan, duduk di sana sembari menikmati angin malam.
Tatapan cowok itu menaik keatas, menatap awan hitam yang sudah teringin meneteskan bulir-bulir bening nya.
"Bun, Vandra kangen." Gumamnya pelan, berharap Bundanya yang sudah tenang di alam sana mendengar suara lirihnya, suara lemahnya.
Tak cukup lama, rintik gerimis malam ini menemani keheningan malam Gevandra. Air bening itu mulai membasahi tubuhnya. Cowok itu tak bergeming, masih setia di tempatnya terduduk nyaman, membiarkan air hujan yang semakin deras membasahi raga nya.
Seakan semesta ikut menangis melihat Gevandra nya yang lemah.
Gevandra ingin di peluk oleh Bundanya yang sudah terlelap terlebih dahulu, Gevandra rindu, Gevandra tak punya semangat lagi setelah Bundanya pergi.
Gevandra juga teringin bahagia Tuhan. Apakah sulit?
🥀_Wunde_🥀
Di sisi lain, seorang gadis sedang duduk di antara balkon kamar nya, menikmati suasana hujan malam yang sangat menenangkan. Malam sudah larut, namun gadis itu masih terjaga. Matanya, masih membuka lebar sempurna, namun raga nya terasa sangat lelah.
Kaki jenjangnya melangkah menghampiri nakas nya. Ia mengambil beberapa pil obat, bisa dihitung 3 pil obat.
Alana duduk di sisi ranjangnya, menatap nanar pil obat itu.
Arah pandangnya beralih menatap lurus ke depan. Tatapanya kosong.
Ia menghela napas pelan, lalu meletakan kembali pil obat itu. Ia berjalan ke arah kamar mandi.
Di dalam sana, ia hanya duduk di bawah aliran shower yang menyala, tanpa melakukan apa pun. Di rasanya dingin mulai menyapa tubuhnya, tak lama Alana beranjak, mematikan shower lalu mengganti pakaiannya dan kembali duduk di tepi ranjang nya.
Ia kembali menatap pil itu, tak membutuhkan banyak waktu, Alana menenggak 3 pil obat itu sekaligus. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu.
"Sampai jumpa dunia, aku mau istirahat sebentar."
🥀_Wunde_🥀
Hai... bagaimana part nya?
Aku buat part ini khusus untuk Gevandra ya! Hanya untuk memperkenalkan sifat Gevandra yang sebenarnya pada kalian.
Ada salam untuk Alana?
Gevandra butuh pelukan guys! Siapa tuh yang mau meluk, kasian kedinginan.
Tegal. 25 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
WUNDE ( Selesai )
Teen Fiction🥀Wunde dalam bahasa Jerman, berati Luka.🥀 Ini hanya secarik kisah tentang Alana Audreleya, seorang gadis yang tak pernah di berikan sedikitpun kekuatan untuk melawan kerasnya semesta. Dan suatu malam, dia di pertemukan dengan -Gevandra- lelaki ya...