49🥀

12.5K 860 335
                                    

Vote nya pren jangan lupa. Siapin hati dan pikirannya ya ...

Spam komentar yg banyak! Kalo mau ekschap bestie.

Putar mulmed sad kesukaan kalian ya ...

Happy reading ♡


"Ba--Bantu A-lana syah-adat, ya ... "

Raga menggeleng begitu kuat mendengar ucapan permintaan adiknya. "Enggak, Na." Lelaki itu, semakin erat memeluk kepala penuh darah adiknya.

"Da-rah ... Ala-na gak m-mau ber-henti ... " lirih Alana tak bertenaga.

"Sabar, Na ... Aku bawa kamu ke rumah sakit." Isak Raga.

"Eng---Enggak perlu, kak ... Al-ana u--dah gak ku-at ... "

Raga tak memperdulikan ucapan Alana, lelaki itu membopong tubuh berlumuran darah Alana untuk pergi dari tempat itu. Sebelum benar-benar pergi, cowok itu berhenti berjalan lalu menghadap ke arah Vandra, yang kini juga sedang membuntuti langkahnya.

"Stir-in mobil gue!" Suruh Raga, lalu di angguki Vandra. Kini, keduanya sudah berada di dalam mobil hitam milik Raga.

Dalam dekapan Raga, Alana berucap pelan. "Ma-afin Al-ana, kak ... "

Raga melirik sekilas ke arah Alana, sebelum ia kembali menatap Vandra yang sedang membawa mobil dengan serius.

"Lebih cepet, anjir. Bawa mobilnya!" Ucapnya semakin panik.

"Ma-af, A--Alana ud--ah ... buat ... Ay-ah, pergi ... Tol-ong, maaf--in Alana ka-li ini ..."

"Berhenti bicara, Alana." Raga semakin sesak. Seharusnya ia yang mengucapkan kata maaf pada gadis itu, karena telah menuduh hal buruk padanya.

"Kak Raga ... "

Raga semakin mempererat pegangan tangannya, berharap hal itu bisa membantu menguatkan gadis itu.

Nafas Alana semakin tersengal-sengal tak karuan. Jika saja bisa memilih, Alana ingin pergi secepatnya saja. Percayalah Ini begitu menyakitkan. Perlahan, manik indah gadis itu mulai terpejam damai.

"Al--Alana ... nga-ntuk ..."

"Tetap sadar, Na. Tolong." Raga semakin terisak hebat. "Jangan tutup mata kamu!"

Alana tak terdengar bersuara lagi, dapat Raga rasa jika detak jantung gadis itu kian melemah. Raga semakin panik. "Na? Tetep sadar, Na!"

"A-La-na, eng-gak ku-at la-gi, kak ... " Rintih Alana pelan. "Tol-ong ban-tu Alana ..."

"Jangan aneh-aneh, Na! Aku mohon, sabar! Sebentar lagi kita nyampe." Lirih Raga memohon.

Gadis itu henyak beberapa saat, sebelum kembali bersuara. "Ban-tu Al-ana Syah-adat, kak ... "

🥀_Wunde_🥀

Raga duduk di lorong rumah sakit dengan pandangan penuh kecemasan. Sweater putihnya, kini telah di dominasi dengan warna merah pekat.

Tak memperdulikan akan hal itu. Raga kembali menunduk, merapalkan beberapa doa. Hingga, air matanya kembali luruh begitu saja.

WUNDE ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang