[8]

271 47 16
                                    

Demi menghindari luapan emosi yang lebih besar dan berpotensi menimbulkan pertengkaran hebat, Myung Soo memilih untuk masuk ke dalam kamar. "Aku sungguh belum selesai dengannya. Kenapa sesulit ini?"

Ingatan Myung Soo melayang ke hari ketika So Eun tiba-tiba muncul dan meminta pertolongan. Ia sudah berhasil menolak pada awalnya bahkan So Eun tak berkutik dan pergi namun ia sendiri yang akhirnya luluh karena So Eun tampak begitu nelangsa. "Walau aku tidak mengikutinya saat itu, tetap akan kepikiran dan ujung-ujungnya pasti akan kucari keberadaannya. Rasa peduli dan sakit hati bisa berdampingan seperti ini? Huf." Myung Soo menghela napas panjang.

Sementara itu, So Eun masih duduk di sofa depan televisi yang masih menyala. Air matanya deras mengalir seiring rasa bersalah yang kian merasuki. Setelah putus, seharusnya semua berakhir seperti yang diinginkannya waktu itu. Jadi orang asing, meski berpapasan pun berpura-pura saja tidak kenal. Namun, So Eun sendiri yang melanggarnya dan ia menjadi tak tahu diri karena ternyata Myung Soo tetap baik bahkan sangat baik meskipun ada emosi yang kadang meletup. Ya, sikap Myung Soo bisa dibilang tidaklah manis seperti dulu, akan tetapi lelaki itu memberinya banyak pertolongan terlepas dari tulus atau terpaksa, yang jelas karena Myung Soo lah So Eun bisa bertahan hidup di luar rumah ayahnya.

Sepanjang malam keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

Paginya, atmosfir canggung menyeruak ketika mereka beradu pandang. So Eun masih ada di sofa, ia tertidur di sana dan terjaga beberapa saat lalu. Kedua matanya sembab, jelas sekali ada jejak tangisan.

Myung Soo sendiri berniat ke kamar mandi tapi jadi mengubah arah ketika melihat So Eun duduk di tempat yang sama seperti tadi malam. "Harusnya aku tidak terpancing lalu marah, mianhae."

"Aku yang salah. Aku bersalah padamu di waktu yang lalu, kemudian aku mengulangi lagi kesalahan dengan muncul kembali di hadapanmu. Setelahnya, ada lagi salah yang kuperbuat karena merasa semuanya baik-baik saja. Aku menerima kebaikanmu namun menjadi tidak tahu diri."

"Kita berdua salah. Mari perbaiki sesuai dengan jenis kesalahannya."

So Eun mengernyit tidak paham. "Maksudnya apa?"

"Kau menyadari apa saja salahmu tapi kemunculanmu sudah telanjur dan mempertimbangkan situasi sulit yang sedang kau alami, aku tidak akan memintamu pergi. Perbaiki saja yang terakhir. Kau bilang menjadi tidak tahu diri, maka mulai detik ini, tahu dirilah."

"Oh, begitu. Lantas, kau sendiri salah apa? Sejak aku datang, kau terus saja marah. Kupikir itu bukan kesalahan, wajar kau marah padaku termasuk tadi malam."

"Aku salah karena hatiku terlalu lemah. Aku tak bisa untuk tidak peduli padamu tapi di saat bersamaan aku juga masih sakit hati padamu. Pokoknya mulai sekarang, kau hanya penyewa di rumah ini dan pegawai sementara di kafe. Jangan mengungkit masa lalu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku akan menyelesaikan semua hal yang berkaitan denganmu supaya aku benar-benar bisa membuka lembaran baru."

"Peduli padaku, apakah sesalah itu?"

"Sangat salah. Terus terang aku takut tidak bisa mengendalikan perasaanku lalu terluka untuk yang kedua kalinya. Mohon mengerti."

"Baiklah," So Eun berucap getir, seperti ada yang menusuk hatinya. Ia jadi berpikir untuk mencari tempat tinggal baru tapi masalahnya adalah uang. Jika mau pergi, tetap saja harus meminta bantuan Myung Soo, tapi setidaknya kalau dirinya tidak lagi di sini, mereka tak akan bertatap muka sebanyak sekarang.

Sebelum berangkat ke kafe, akhirnya So Eun menyuarakan pikirannya pada Myung Soo.
Myung Soo mendengarkan dengan seksama sebelum menimpali, "Sebenarnya aku mau menyuruhmu pergi tapi di hari itu kau tidak pulang dan tak bisa dihubungi. Itu adalah malam saat kau pingsan. Karena kejadian itu, aku mengurungkan rencanaku. Sebuah kejadian yang bahkan kau tidak menceritakan ada apa sebenarnya."

After We Broke Up [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang