Lelap yang menyergap itu bertahan sekitar dua jam saja, So Eun tersentak bangun karena mimpi buruk. Dua tanggal di dua bulan berbeda telah memerangkap So Eun dalam kepiluan yang kerap menyapa alam bawah sadarnya. Jika sudah menyambangi mimpi maka So Eun akan terjaga dengan debar jantung yang ritmenya tak beraturan bahkan kadang ada peluh bercucuran.
So Eun menenangkan diri dengan mengatur napas, setelah itu diteguknya segelas air minum. "Gwaenchana, gwaenchana. Semuanya baik-baik saja. Kehidupan dan kematian adalah takdir. Kau tidak bersalah karena bertahan hidup, Kim So Eun," rapal So Eun berulang-ulang hingga perasaannya berangsur tenang.
Sementara itu, Myung Soo perlahan membuka mata lalu menggeliatkan tubuhnya. "Ya ampun, kenapa tertidur di sini?"
"Myung Soo, kau sudah bangun." So Eun tersenyum tipis. "Kau bisa tidur di mana saja, ya. Waktu itu masih mending di sofa."
"Gara-gara semalam ada yang berisik di dapur."
"Aku membuat keik gulung stroberi. Kusiapkan untukmu, ya. Minumannya bagaimana kalau jus sroberi campur yoghurt, atau kau mau yang lain?"
"Tak perlu, aku bisa menyiapkan sarapanku sendiri."
"Tidak masalah, aku---"
"Aku bilang tidak perlu." Suara Myung Soo meninggi. "Mau melayaniku bak raja sekalipun, tak akan mengubah apa-apa. Kau tetap seseorang yang menumpang dan berhutang padaku!"
"Biarkan aku melakukan sesuatu. Bukan untuk melayanimu layaknya raja atau apapun itu. Aku hanya butuh melakukan sesuatu. Sebentar, ya." So Eun berupaya menahan air matanya agar tidak keluar.
Dan Myung Soo melihat itu, ditambah suara So Eun terdengar getir. Ia pun melunak. "Sebenarnya, apa yang membuatmu kesal? Apakah membuat keik semalam tidak berhasil mengenyahkan kekesalan?"
"Sudah mendingan, hanya saja aku tetap butuh distraksi. Kau boleh mengomel, tapi aku akan tetap menyiapkan sarapanmu. Katakan kalau ada hal lain yang bisa kulakukan."
"Terserah lah. Ada pakaian kotor. Baju yang dijemur juga sudah kering." Myung Soo iseng melontarkan kalimat tersebut sambil beranjak ke kamarnya. Ia ingin merebahkan badannya yang terasa pegal karena tidur sambil duduk.
Sedangkan So Eun menanggapi serius, oleh karena itu setelah selesai dengan urusan dapur, tanpa istirahat ia segera mencuci dilanjutkan dengan menyetrika baju. Tak hanya itu, membersihkan rumah pun dilakukannya. Selesai dengan semua itu, So Eun baru mandi dan bersiap untuk berangkat ke kafe.
Myung Soo yang baru keluar dari kamar setelah So Eun beres-beres, dibuat terpana dengan kondisi rumah yang tampak lebih rapi dan bersih serta ada keharuman menyeruak. Penasaran, ia mengecek ruang cuci dan setrika. "Daebak, dia sungguh melakukannya. Hal apa yang mengganggu pikirannya sampai-sampai dia mengerjakan pekerjaan yang aku yakin selama tinggal di rumahnya, pasti dia tak melakukan apapun karena ada pelayan."
Myung Soo terkekeh sambil berjalan ke meja makan. Di sana, ia hanya tinggal duduk manis dan menyantap beragam menu yang tersaji. "Setiap hari begini, aku bisa senang. Tunggu, So Eun benar-benar butuh kesibukan atau sedang menggoyahkanku?"
"Huh, hanya hal remeh seperti ini. Aku tak akan goyah," ucap Myung Soo lagi namun kali ini lebih lantang.
"Tak akan goyah kenapa?" Tanpa disadari Myung Soo, So Eun muncul di ruang makan. Sambil menguncir rambut, gadis itu duduk di depan Myung Soo. "Selamat makan."
"Bukan apa-apa. Kau ini, apakah cukup tidur? Jangan sampai tertidur saat bekerja nanti."
"Tenang saja, aku tidur cukup nyenyak dan sekarang terasa segar. Pikiranku juga rasanya enteng."
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Broke Up [Completed]
FanfictionSeharusnya semua selesai setelah putus. Tetapi sebuah situasi mendesak So Eun untuk melanggar ucapannya sendiri dan ini sangat mengganggu Myung Soo yang sudah berusaha mati-matian mengenyahkan gadis itu dari dalam hatinya.