Pelukan yang tiba-tiba dan pertanyaan yang dilontar So Eun, lebih dari cukup untuk membuat Myung Soo tergemap. Ia bahkan tak tahu mesti bereaksi seperti apa, alhasil keburu So Eun yang bergerak melepaskan diri.
"Maaf, aku terbawa mimpi." So Eun memperbaiki posisi duduk, kepalanya tertunduk.Dengan canggung Myung Soo pun kembali duduk tegak memegang setir, ia siap meneruskan perjalanan. Tapi dada Myung Soo terasa sesak karena terus saja menahan diri. Begitu sesaknya sampai-sampai ingin dilepaskannya detik ini juga. Melalui pertimbangan singkat, keinginan tersebut ditunaikan akhirnya, mengabaikan pikiran sebelumnya bahwa peduli pada So Eun adalah kesalahan. "Hanya mimpi?"
"Eoh, hmm," sahut So Eun.
"Tapi tidak tampak seperti itu. Sebenarnya, masalah apa yang sedang melilitmu?"
"Tadi itu hanya mimpi buruk. Lanjutlah menyetir, sebentar lagi sampai."
"Konflik dengan ayahmu, apakah jauh lebih pelik dari apa yang kuduga?"
"Mungkin, tapi tak apa."
"So Eun, angkat kepalamu dan tatap aku."
So Eun malah makin menunduk, terlebih saat itu ia menerima pesan yang seketika menerbitkan sesak.
Ini nomorku, simpan, ya. Sayang sekali tadi aku mesti buru-buru pulang jadi tak sempat berpamitan. Sampai besok, So Eun. -Im Ju Hwan
Bayangan Ju Hwan, Dong Wook dan juga sang ayah berkelebat mengepung benak So Eun. Tiba-tiba seperti ada tali melilitnya. So Eun gemetar, peluh mulai membasahi dahi. Napas So Eun menjadi pendek-pendek seiring kegelisahan yang kian menjelma nyata.
"So Eun, kenapa denganmu?" Myung Soo teringat kejadian pingsannya So Eun, ia jadi berpikir jangan-jangan So Eun mengidap penyakit tertentu yang bisa sampai pingsan jika sudah tak tertahankan sakitnya. "Kita ke rumah sakit."
So Eun meraih tangan Myung Soo dan itu membuatnya seperti dialiri ketenangan. Napasnya pun berangsur normal, ia lalu menggeleng lemah. "Bisa ke apotek saja?"
"Apotek?"
"Hmm, siklus tidurku akhir-akhir ini berantakan. Kurasa aku hanya butuh obat tidur."
"Tapi bukan seperti itu yang kulihat."
"Jangan berpikir yang tidak-tidak."
"Lantas, apa penyebab kau pingsan tempo hari? Pingsannya juga bukan di kafe. Sedang apa kau sampai ada di depan rumah In Woo?" Myung Soo melepas pegangan tangan So Eun.
"Kukira kau tak akan mengungkit soal itu lagi karena paginya kan kau sudah meluapkan kemarahan."
"Yang terjadi tadi itu refleks menimbulkan kecemasan dan pikiranku juga langsung teringat dengan kejadian saat kau pingsan. So Eun, kalau aku tidak boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi atau kalau aku tidak boleh berpikir hal buruk, semestinya kau jaga diri baik-baik. Pingsan di jalan, beruntung kau ditemukan oleh orang yang baik. Lalu tadi, jelas ada yang tak beres."
So Eun menghela napas perlahan, tentu ia sudah berusaha menjaga diri dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Tapi kemunculan Dong Wook, Jin Ah, dan sekarang Ju Hwan, seolah merusak tatanan hidup baru yang baru saja dirangkai. Jika terlampau stres, reaksi tubuhnya bisa mengkhawatirkan, puncaknya adalah pingsan. So Eun ternyata lebih bisa menjalani hidup seadanya meski berarti ia harus kerja keras ketimbang menghadapi ayah dan orang-orang yang mendukung ayahnya itu. "Kalau aku bilang maaf, pasti kau marah lagi."
"Sepertinya percuma aku bicara." Myung Soo menyalakan mobil.
"Singgah di apotek, 'kan? Atau kau punya persediaan obat tidur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Broke Up [Completed]
FanficSeharusnya semua selesai setelah putus. Tetapi sebuah situasi mendesak So Eun untuk melanggar ucapannya sendiri dan ini sangat mengganggu Myung Soo yang sudah berusaha mati-matian mengenyahkan gadis itu dari dalam hatinya.