Melihat ekspresi puas dari dua orang yang ada di depannya, So Eun merasa sangat senang. Ditambah pujian yang terdengar tulus di telinga So Eun. "Aku diterima, 'kan?"
"Aku akan menghubungi Bos dulu."
"Bos? Kau bukan bosnya?"
"Hahaha, apa kau mengira aku bos kafe ini?"
So Eun mengangguk.
"Aku belum memperkenalkan diri. Namaku Na In Woo, barista di sini."
"Hanya barista? Tidak merangkap sebagai pemilik kafe?"
"Tentu saja bukan. Sebentar, aku mau menelepon dulu. Kau duduk saja di sana, tunggu hingga Bos tiba."
So Eun pun menunggu sambil memperhatikan suasana kafe. Meski kafe ini hanya membutuhkan pegawai selama tiga bulan, So Eun berharap bisa mendapatkan pekerjaan di sini sebagai awal perubahan hidupnya, dengan begitu ia bisa mulai mengumpulkan uang untuk menyewa tempat tinggal dan membayar hutang pada Myung Soo. "Butuh waktu untuk bisa mendapatkan uang yang cukup, tapi setidaknya jika mendapat pekerjaan ini, aku bisa sedikit lega. Sebagai pekerjaan awal, bukan masalah aku jadi pembuat roti." So Eun tersenyum simpul, hatinya dipenuhi optimisme.
"Kim So Eun-ssi, Bos sudah datang."
So Eun sigap berdiri, kedua matanya sontak terbelalak dan bibirnya spontan bersuara. "Myung Soo?"
In Woo mengernyit, bergantian menelisik raut So Eun dan Myung Soo. Terutama Myung Soo yang menurut In Woo wajahnya terlihat kaget namun juga tampak masam.
"Bicara di ruanganku," ucap Myung Soo dingin.
So Eun mengikuti Myung Soo. "Aku tak percaya, kau bos di sini?"
"Bagaimana bisa sampai ke sini?"
"Namanya juga mencari pekerjaan. Kau sungguh-sungguh bos Caffeine? Sekedar manajer atau pemilik kafe ini?"
"Maunya yang mana?"
"Malah balik bertanya." So Eun mengerucutkan bibirnya.
"Kau takjub padaku dan minder dengan keadaan dirimu." Myung Soo menyeringai.
"Mwo?"
"Setelah putus darimu, aku tak hanya punya usaha baru melainkan juga punya sampingan sebagai vlogger. Pelanggan saluranku sudah lumayan banyak hingga aku pun bisa memperoleh penghasilan dari situ. Sedangkan dirimu, jatuh miskin."
"K-kau..."
Myung Soo mengira So Eun sangat marah. "Keluarkan amarahmu dan buatlah keributan, jadi aku punya alasan untuk menolakmu bekerja di sini."
Mendengar itu, So Eun merenggangkan jemarinya yang terkepal. Pelan-pelan mengatur emosi, akhirnya alih-alih meluapkan amarah, So Eun malah mendekati Myung Soo dengan gesture menggoda. "Dipikir lagi, kafe ini tak mampu membayar baker profesional hanya untuk roti, makanya orang dengan keahlian baking sepertiku lah yang dicari. Untuk penyesuaian upah, 'kan? Lagipula ini pekerjaan sementara, mana mungkin baker profesional mau mengisinya kecuali kau mampu bayar mahal."
"Jaga jarakmu."
"Wae?" So Eun malah makin mendekat. "Aku tahu kau hanya punya waktu hingga akhir minggu ini."
"Sial." Myung Soo meneguk ludah lalu mendorong So Eun pelan, setelahnya ia duduk di kursi sambil mengatur napas.
"Kenapa dengan reaksimu? Apa aku masih membuatmu berdebar?"
"Kim So Eun, diamlah!"
"Terima aku bekerja, aku lolos tes dengan sempurna."
"Sejak kapan kau bisa membuat roti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Broke Up [Completed]
Fiksi PenggemarSeharusnya semua selesai setelah putus. Tetapi sebuah situasi mendesak So Eun untuk melanggar ucapannya sendiri dan ini sangat mengganggu Myung Soo yang sudah berusaha mati-matian mengenyahkan gadis itu dari dalam hatinya.