[17]

258 45 13
                                    

Myung Soo tertunduk mendengar kalimat demi kalimat yang dilontarkan Sung Gyu. Tak sepenuhnya salah, apalagi sahabatnya itu selalu menghibur dan memberikan dukungan ketika dirinya tengah dilanda patah hati. Ia pun memaklumi kalau Sung Gyu masih menilai So Eun egois, karena pria itu tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Tapi, tetap ia mesti menghentikan Sung Gyu sebelum melontarkan ucapan yang lebih menyakitkan lagi, dan Myung Soo baru saja hendak bicara pada Sung Gyu ketika tiba-tiba So Eun ada di depannya. Hati Myung Soo trenyuh melihat mata So Eun yang memerah. "Kau menangis lagi, padahal baru saja merasa lebih baik."
Lalu So Eun memeluknya. Myung Soo tertegun sejenak.

"Perempuan egois, kau memang menggodanya, ya."

Perkataan Sung Gyu mendorong Myung Soo untuk membalas pelukan So Eun. Seolah mau menyanggah bahwa So Eun bukanlah penggoda, ia sendiri lah yang memutuskan untuk tetap menyimpan gadis itu dalam hatinya.

"Yah, Myung Soo, kenapa kau membalas pelukannya?"

Myung Soo mengabaikan pertanyaan Sung Gyu, ia tak tahu kenapa So Eun memeluknya. Tapi ia merasa ini pertanda baik. Hanya pelukan, tak ada kata-kata.

Sementara Sung Gyu akhirnya mengacak rambut kemudian memilih untuk berbaring saja di lantai. Memandangi langit-langit lagi, Sung Gyu protes karena yang terjadi justru kebalikan dari doanya. Namun, tak lama, ia pun berpikir kalau So Eun memang jahat, mana mungkin Myung Soo seceroboh itu memilih untuk menerima kembali gadis itu. Sung Gyu mengakui kalau tadi ia asal jeplak saja mengatai Myung Soo bodoh. "Myung Soo tidak sebodoh itu membiarkan hatinya disakiti lagi oleh orang yang sama. Lantas, apa yang tidak sesederhana lari dari perjodohan? Ada apa sebenarnya?" Gumamnya pelan, kemudian berbicara lantang pada Myung Soo dan So Eun dengan tatapan yang tetap terarah pada langit-langit. "Apa kalian sudah selesai berpelukan? Atau mau meneruskan dengan ciuman? Apakah aku harus pergi detik ini juga?"

"Kau berisik sekali sejak tadi, Sung Gyu. Memang lebih baik kau pulang saja," jawab Myung Soo.

"Begitu, ya. Memang, kalau sedang bahagia, teman tak dianggap. Giliran bersedih saja, baru membutuhkan teman."

"Bukan seperti itu, kau sejak tadi terus saja mencerocos."

Sung Gyu menoleh pada Myung Soo. "Oh, sudah selesai," ucapnya kemudian ia pun duduk. "Sebenarnya, apa yang terjadi?"

Myung Soo menyuruh So Eun untuk istirahat lalu mengajak Sung Gyu mengobrol sambil minum. "Banyak hal terjadi, tapi aku tak bisa mengungkapkan detilnya padamu. Yang jelas, So Eun memang kesulitan."

"Sejak kapan?"

"Dia datang di hari yang sama waktu kau ke sini dengan Na Ra."

"Dasar kau ini. Karena itukah kau lupa janjimu dengan Na Ra?"

"Hari itu, pikiranku jadi terfokus pada So Eun. Aku sudah mengusirnya tapi aku juga yang mengikutinya dan memutuskan untuk menolong."

"Aku tak salah omong waktu bilang makanan itu seperti masakannya So Eun. Benar, 'kan?"

Myung Soo mengangguk.

"Aku tidak boleh masuk kamar untuk mengambil buku, itu karena ada So Eun?"

Myung Soo mengangguk lagi.

Sung Gyu mendecih sambil geleng-geleng. "Hatimu selemah itu, setelah semua usahamu untuk melupakannya. Bisa-bisanya langsung percaya dan menolong, tak terpikirkah kalau itu tipu dayanya semata?"

"Aku melihat sorot matanya, So Eun tak berbohong."

"Tapi dia memutuskanmu karena persoalan sepele. Kau lupa?"

Myung Soo menggeleng. "Perkara ulang tahun, bukan hal sepele baginya. Terlalu menyakitkan."

"Apa itu?"

After We Broke Up [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang