So Eun menggeliatkan badan seraya menguap. Matanya menelusuri ruangan yang sejak malam tadi menjadi tempat peristirahatannya sementara. "Aku disuruh bersembunyi tapi akhirnya tertidur. Ouch, hanya beralas karpet dan tanpa selimut tapi bisa-bisanya aku tidur nyenyak. Pasti karena sangat kelelahan."
Kemudian So Eun mengambil sikat gigi dan handuk, ia mau langsung mandi karena mulai hari ini berencana untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar kamar, suasana rumah begitu sunyi, jadi So Eun pikir Myung Soo masih tidur. Ia pun segera melangkah menuju kamar mandi dan ketika membuka pintu, spontan jeritan meluncur dari bibirnya. Ia melihat Myung Soo hanya dengan lilitan handuk, masih ada air menetes dari ujung rambutnya.
"Yah! Kim So Eun!"
So Eun segera balik badan, suara Myung Soo terdengar penuh murka. "Mianhae."
"Awas kau!"
So Eun menutup mata dengan tangannya tapi perlahan jari-jari yang menutupi matanya itu merenggang, ia lihat Myung Soo terburu-buru melangkah masuk ke kamar. So Eun pun segera masuk ke kamar mandi dan menguncinya. "Mana kutahu kalau dia di dalam? Kenapa tidak mengunci pintu? Dasar gila."
"Bagaimana jika aku bangun lima menit lebih cepat. Omo!" So Eun menepuk pipinya. "Masih pagi sudah membayangkan yang tidak-tidak."
Sementara itu Myung Soo yang sudah berpakaian, masih menahan kekesalannya. Ada sekitar lima belas menit kemudian baru keluar kamar dan bermaksud untuk bicara dengan So Eun yang saat itu ada di dapur. "Hei!"
So Eun menghentikan aktivitasnya. "Hai, pagi." Senyum mengembang di bibirnya.
"Mau bersikap seolah tak terjadi apapun, huh?"
"Bisakah seperti itu?"
"Mana bisa!" Suara Myung Soo meninggi.
So Eun menghela napas lalu mengambil ancang-ancang untuk bicara dengan sama kerasnya. "Salahmu tidak mengunci pintu."
"Ini rumahku dan aku tinggal sendirian di sini."
"Jadi kau terbiasa tidak menguncinya karena tak ada siapapun. Tak ingatkah kalau ada aku sekarang?"
"Tidak sama sekali. Aku benar-benar lupa kalau ada yang menumpang di sini," ketus Myung Soo.
"Kau menyakiti perasaanku."
"Mwo?"
So Eun maju memendekkan jarak dengan Myung Soo. "Semudah itu lupa, padahal aku ada. Aku sungguh tidak berarti lagi bagimu?"
Didekati seperti itu, Myung Soo bergidik dan spontan mundur. "Bicara menyakiti, bukankah itu lebih cocok disematkan padamu? Begitu juga soal lupa, kau yang meminta sendiri agar melupakan semuanya bahkan jika tak sengaja berpapasan, anggap tidak kenal."
"Aku kesal sekali waktu itu."
"Kau hanya mempermainkan perasaanku."
"Tidak seperti itu. Tunggu, kau sendiri langsung menghilang dari radarku. Tahu-tahu muncul sebagai vlogger?"
"Itu karena .... sudahlah, aku tak mau membicarakan masa lalu."
"Oke, begini saja. Kejadian tadi hanya kesalahpahaman. Kita berdamai."
"Berdamai? Kau takut aku usir, 'kan?"
"Aku minta maaf. Bagaimana jika aku buatkan makan pagi untuk menebusnya?"
"Kau hanya ingin makan gratis."
"Myung Soo, bersikap baiklah padaku. Aku akan membayarnya kelak."
"Aish. Kalau begitu cepat siapkan, aku mau pergi."
"Siap, laksanakan!"
Myung Soo mengatur napasnya, ia kesal pada So Eun dan pada dirinya sendiri yang lagi-lagi mengalah. Ia pun mengambil biji kopi dan menggilingnya dengan grinder sebagai pelampiasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Broke Up [Completed]
FanfictionSeharusnya semua selesai setelah putus. Tetapi sebuah situasi mendesak So Eun untuk melanggar ucapannya sendiri dan ini sangat mengganggu Myung Soo yang sudah berusaha mati-matian mengenyahkan gadis itu dari dalam hatinya.