Prolog

739 55 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gerimis tipis dirasakan So Eun, ia tengadahkan kepala dan dilihatnya kelabu langit makin pekat. "Mungkin akan turun hujan lebat. Aku harus segera memutuskan," gumamnya sembari membetulkan posisi ransel di punggungnya, bolak-balik di depan sebuah gang cukup besar, ragu untuk menapaki jalan di depannya.

"Nekat saja." So Eun pun akhirnya menguntai langkah hingga tiba di pekarangan sebuah rumah. Di sana, ragu kembali menyergap ketika tangannya menyentuh bel. "Aku sudah gila jika menekan bel ini."

Belum benar-benar menekan bel, So Eun keburu terperanjat karena tiba-tiba saja pintu terbuka. Sontak So Eun mundur, ia gelagapan setelah melihat sosok pemilik rumah yang tak lain adalah Myung Soo.

Lelaki itu menenteng kantong plastik, setelah memerhatikan So Eun sejenak, ia berjalan ke arah tempat sampah lalu membuang kantong tersebut. Kemudian tanpa melirik So Eun lagi, kembali masuk ke rumah.

"Yah, Kim Myung Soo!" Akhirnya So Eun berseru lantang saat pintu mulai tertutup.

"Kau siapa? Bagaimana bisa tahu namaku?"

Mendapat respon seperti itu, So Eun langsung menangis. "Rupanya kau juga sama. Semua orang yang kukenal mendadak tidak mengenaliku. Mereka hanya peduli saat senang lantas abai ketika aku kesulitan." Detik berikutnya, So Eun menjerit lalu mendorong pintu. Tindakannya itu membuat Myung Soo terjerembab. "M-m-mianhae. Suara gemuruh itu mengejutkanku."

Myung Soo mengelus bokongnya, ia tampak meringis. "Kenapa muncul di depan rumahku dan menggangguku seperti ini?" Ucapnya marah.

"Aku ... mau ... meminta tolong."

"Apa aku salah dengar?" Myung Soo memukul pelan telinganya.

"Aku sungguh mengharapkan belas kasihanmu."

Myung Soo menatap So Eun lekat-lekat. "Terlihat tidak sungguh-sungguh membutuhkan bantuan."

Seketika So Eun berlutut seraya mengusap kedua telapak tangannya. "Tolong aku."

"Mwoya?" Myung Soo terperangah kemudian perlahan berdiri. "Hei, jangan bercanda. Apa kau lupa perkataanmu sendiri? Jangan pernah bertemu lagi dan jika tak sengaja bertemu, pura-pura tidak kenal saja. Sekarang juga keluar dari rumahku."

So Eun semakin menunduk, diraihnya satu kaki Myung Soo. "Aku tidak punya pilihan lain, aku sudah menghubungi semua kontak yang ada di ponselku tapi mereka semua membuat alasan untuk menolakku, bahkan ada yang sama sekali mengabaikan teleponku."

Kilat menyambar disusul gemuruh yang saling bersahutan, hujan pun kian lebat. Sebuah situasi yang menyulitkan Myung Soo untuk tetap pada pendiriannya. "Baiklah, tak perlu pergi sekarang, kau boleh menunggu hingga hujan reda. Enyahkan tanganmu dari kakiku."

Alih-alih melepaskan, So Eun semakin melingkarkan erat kedua tangannya di kaki Myung Soo. "Aku membutuhkan bantuanmu lebih dari ini. Jebal."

"Jangan katakan kalau kau..."

So Eun mendongak, menatap lurus pada Myung Soo. "Benar, aku butuh tempat tinggal."

After We Broke Up [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang