Dua hari sudah setelah ia mengantar Michelle ke bandara, Tiffany kembali seperti rutinitas sehari-harinya, bekerja. Semakin hari ia semakin sibuk dan mendalami pekerjaannya, itu membuatnya lupa dunia. Ia semakin gila kerja disamping usianya yang masih sangat muda, entah apa yang dipikirkannya namun ia tidak begitu menikmatinya. Tiffany tidak begitu suka pekerjaannya, namun berfokus pada hal itu membuatnya melupakan kesedihannya atas aksi sang kekasih.
Tiffany tidak tau harus bagaimana lagi untuk menghubungi Taeyeon, jalan satu-satunya hanya ia kembali kesana untuk menemui sendiri kekasihnya itu. Tapi ia tidak bisa, pekerjaannya sangat menumpuk, well, tidak menumpuk hanya saja tak ada habisnya. Ini bukan hanya perusahaan yang diberikan oleh daddynya, namun satu sektor bidang bisnis. Beberapa perusahaan di bidang yang sama ialah yang menghandle dan mengawasi pengoperasiannya, itu sangat berat untuk otak segar seorang remaja. Namun apa daya, daddynya sudah lebih dulu melakukan itu pada dua kakaknya, kini gilirannya. Dan keinginan sang daddy untuk mendapatkan lebih masih belum menemukan titik akhir.
"Hah.." Tiffany menyandarkan punggungnya memberi tubuhnya sedikit istirahat.
"Hidup seperti tidak menyenangkan, apa yang harus ku lakukan?" Ia bermenung menatap pintu yang berada beberapa meter di depan mejanya.
"Aku harus punya teman, benar kata Michelle. Semua orang disini sudah tua, bahkan kebanyakan dari mereka adalah pria. Bagaimana cara mendapatkan teman?" Ia mulai berbicara pada dirinya lagi.
"Mungkin seorang sekretaris? Ah Mr. Charles bisa menghandle semuanya. Apa seorang P.A? Apa aku butuh personal Assistant? Aku tidak tau dia akan bekerja apa nantinya. Huft..." Tiffany kesepian, bahkan semakin kesepian karna kini Michelle sedang dalam perjalanan bisnis selama seminggu.
"Ms. Stephanie, anda memanggil saya?" Mr. Charles memasuki ruangan bosnya.
"Begini, anda tau kan hidupku membosankan? Bagaimana cara mengatasi hal itu?" Tanya Tiffany bagaikan menanya tentang masalah pekerjaan.
"Menurut pendapat saya, anda harus melakukan kegiatan lain yang menyegarkan pikiran. Jogging di sekitar alam merupakan cara tersimple yang muncul di otak saya Miss"
"Jogging? Kedengarannya bagus, tapi apa aku punya waktu untuk itu?" Tanya Tiffany lagi.
"Setidaknya satu kali dalam seminggu selama 30 menit, tidak perlu setiap hari. Minggu pagi adalah waktu yang bagus. Di sekitar taman akan banyak yang berkegiatan melepas penat, bertemu orang-orang diluar situasi kerja akan membuat suasana baru dalam diri anda"
"Anda punya saran yang bagus Mr. Charles, akan ku lakukan. Thank you, anda boleh keluar"
~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang wanita dengan setelan fancy berjalan menyusuri kota, ia berjalan sendiri dengan kacamata hitam desainer bertengger di hidung mancungnya. Kakinya melangkah memasuki sebuah coffee shop, ia akan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya.
Setelah memesan minumannya yeoja itu mengambil duduk di pojok dekat dinding kaca yang menghadap jalan, ia masih mengenakan kacamatanya tak melepas mantel hangat mahalnya. Ia menyilangkan kaki dan bersandar pada sofa yang didudukinya.
"Menunggu selama itu membuatku gemas" suara-suara bising tak bisa dihindarinya.
"Kau harus sabar, lagian ini kan audisiku bukan audisimu"
Ia menajamkan telinganya, rasanya ia kenal suara ini. Itu suara yang pernah didengarnya saat terakhir kali mengunjungi negara ini, suara favorit adik kecilnya.
"Tapi tetap saja aku penasaran bagaimana hasilnya, ku harap kau lolos. Setidaknya jika beasiswamu dicabut, agensi bisa menanganinya"
"Araseo, pesanlah"
Dipalingkannya wajahnya kearah jalanan saat kedua gadis yang dicuri dengarnya tadi berjalan melewati mejanya. Seakan takdir ingin menunjukkan sesuatu padanya, ia tidak perlu lagi bersusah payah mencari, targetnya datang sendiri padanya.
"I got you Kim Taeyeon, I will find out why you avoiding my baby sister and chitchatting happily here with other girl" desisnya menatap tajam pada punggung yang menghadap padanya.
Ya, Michelle sedang di Korea sekarang. Urusan bisnisnya hanya membutuhkan setidaknya tiga hari, namun karna kecerdasannya ia bisa menyelesaikannya dalam dua hari. Hari ini, disinilah ia, mencari kekasih dari adik bungsunya yang dengan aneh menghilang tanpa kabar.
Taeyeon dan seorang temannya duduk berjarak dua meja dari meja Michelle, mereka mengobrol santai dan sesekali tergelak akrab. Michelle jadi bertanya-tanya, apa sebahagia itu kekasih adiknya ini saat Tiffany sendiri sudah hampir gila di US sana. Michelle menahan diri agar tidak melabrak Taeyeon, ia akan menyelidiki terlebih dahulu apa yang terjadi dan siapa gadis akrab yang sedang mengobrol dengan anak pendek itu.
Michelle terus menunggu dan berusaha menguping pembicaraan kedua gadis muda di depannya, namun ia tidak bisa mendapat banyak. Jarak mereka tidak begitu dekat dan cafe lumayan bising. Namun Michelle bisa tau, bahwa kedua gadis di depannya mendapat waktu yang menyenangkan dengan mengobrol, terlihat jelas saat punggung Taeyeon bergerak saat tertawa dan wajah sumringah temannya itu.
Beberapa saat setelahnya, kedua gadis muda itu beranjak dan hendak meninggalkan tempat. Michelle tentu akan mengikuti mereka, ia akan mencari tau dimana mereka tinggal atau setidaknya hanya Kim Taeyeon.
~~~~~~~~~~~~~~
"Mwo?" Tanya Taeyeon saat temannya tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang.
"Apa kau merasakan apa yang kurasakan?" Tanya nya.
"Mwo? Kau menyukaiku?" Tanya Taeyeon balik dengan bercanda, temannya hanya memukulnya dengan kesal.
"Ku rasa ada yang mengikuti kita dari cafe"
"Mungkin hanya perasaanmu saja, aku tidak merasakan ada yang aneh dari tadi"
"Jinjja? Hmm mungkin hanya perasaanku saja. Um! Temani aku ke toko aksesoris itu" serunya sambil menunjuk sebuah toko.
"Baiklah.." patuhnya.
Kedua gadis remaja itu memasuki toko aksesoris, tanpa mereka ketahui seseorang juga mengikuti mereka memasuki toko tersebut. Keduanya asik melihat-lihat seisi toko, sedangkan Michelle sibuk menutupi diri agar tidak ketahuan menguntit.
"Sica-ya, kurasa kau akan semakin cantik mengenakan ini"
###############
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fine Way
FanfictionManusia hidup dengan pilihan di sekeliling mereka, itu yang kulakukan. Memilih! -TH Pilihan tidak pernah datang padaku, maaf jika itu membuat dirimulah yang harus memilih. -KTY