Taeyeon tetap menatap rumput, ia memainkan kakinya untuk menutupi ketakutannya. Tiffany hanya diam, dan itu yang membuatnya semakin takut. Ia akan kehilangan Tiffany, benar-benar kehilangan gadis kesukaannya. Taeyeon bingung, takut, sedih, kecewa, dan marah. Seharusnya ia tak katakan ini hari ini, seharusnya ia katakan saat Tiffany akan pergi kembali ke Amerika.
Di sisi lain Tiffany berbunga-bunga mendengar pernyataan Taeyeon. Akhirnya gadis bodoh ini menyerah dan mengakui perasaannya, tapi kenapa harus sekarang? Kenapa tidak dulu saat semuanya masih baik-baik saja? Tapi bagaimanapun ia bersyukur Taeyeon akhirnya mengakuinya.
Ditatapnya Taeyeon yang terus menunduk takut itu, ia melihat Taeyeon duduk dengan canggung. Sesekali senyum lolos dari pertahanan Tiffany, gadis yang dicintainya ini memang absolutely imut. Melihat tingkah Taeyeon sekarang ingin rasanya ia memeluk Taeyeon dan menghadiahi wajah Taeyeon seribu ciuman atas pengakuan yang telah lama ia nanti tadi.
Taeyeon tak tau, Tiffany bukan menatapnya berang, tapi menatapnya gemas. Ya, Tiffany menyukai Taeyeon sejak pertama kali melihat Taeyeon di sekolah. Menurutnya Taeyeon sangat imut dan lucu, dan juga penurut. Jika tidak ditahan maka sudah dari dulu Tiffany mengatakan perasaannya terlebih dahulu, namun ia ragu Taeyeon akan memahaminya, jadi ia hanya menyimpan perasaannya. Taeyeon adalah anak yang baik dan manis, ia selalu memperlakukan Tiffany dengan manis. Ia sangat menyukai Kim Taeyeon si cebol jenius itu.
Bagaimana dengan Taeyeon? Tidak jauh berbeda. Menyembunyikan perasaannya bukan karna takut Tiffany tidak bisa memahaminya, mengingat gadis itu akan meng-iya-kan apa saja tawaran di seluruh dunia ini kecuali tawaran sekolah bisnis daddynya. Taeyeon takut mereka akan berubah dan posesif satu sama lain dan menyebabkan mereka renggang dan berpisah. Jika menjadi sahabat akan menjamin kebersamaan selamanya maka akan Taeyeon sanggupi, dan itulah mengapa ia selalu menyanggupi keinginan Tiffany. Ia ingin selalu menjadi alasan gadis itu tersenyum.
Tapi kini Tiffany telah diculik oleh daddynya sendiri dari pelukannya, jadi ia rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan semuanya. Taeyeon tidak tau kapan mereka akan bertemu lagi.
"So? Kenapa kau diam?" Tanya Tiffany.
"Um k-kau yang diam"
"Jadi kau berharap aku menjawabmu?" Tanya Tiffany mencoba menggoda Taeyeon. Tapi itu malah membuat taeyeon semakin ciut.
"Mi-mian. Lupakan saja yang aku bilang"
"Wae? Itu kata-kata yang indah. Aku rasanya ingin mendengarnya lagi" pernyataan Tiffany membuat Taeyeon mengangkat kepalanya. Airmata yang menumpuk di pelupuk matanya jatuh karna gerakan mendadak.
"Mwo?" Tiffany hanya memberikan senyum yang manis pada Taeyeon. Senyum kesukaan Taeyeon.
"Ddo" kata Tiffany lagi.
"M-mworagu?"
"Katakan lagi Taetae aku ingin dengar" pintanya sekali lagi. Tapi Taeyeon dumbfounded, ia masih tidak bisa mencerna.
Tiffany geram melihat ke-lemot-an Taeyeon, diraihnya tengkuk Taeyeon dan mendaratkan bibirnya di bibir Taeyeon yang manis. Taeyeon membulatkan matanya, ia makin tak percaya ini nyata. Taeyeon merasakan bibir Tiffany tersenyum di bibirnya, matanya masih terbuka melihat kedua mata indah yang biasa ditatapnya dari jauh itu berada tepat di wajahnya. Taeyeon melayang rasanya, bolehkah ia membalas ciuman ini?
Tiffany mulai menggerakkan bibirnya, Taeyeon mengerti, ditutupnya matanya untuk menikmati surga sementara ini. Diikutinya irama permainan Tiffany, mereka saling melumat dan menyesap bibir satu sama lain. Tiffany melingkarkan kedua tangannya di leher Taeyeon, sedangkan Taeyeon menarik pinggang Tiffany agar tubuh mereka saling menempel.
######################
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fine Way
FanfictionManusia hidup dengan pilihan di sekeliling mereka, itu yang kulakukan. Memilih! -TH Pilihan tidak pernah datang padaku, maaf jika itu membuat dirimulah yang harus memilih. -KTY