6.

1.1K 126 26
                                    

Taeyeon terlambat, limou itu sudah melaju dengan kencang menjauh dari tempatnya berdiri. Tak tinggal diam Taeyeon merebut sepeda seorang bocah laki-laki yang sedang berjalan lambat di dekatnya.

"Yah!! Noona!!" Teriak anak itu, tapi Taeyeon tak peduli, yang ia pedulikan sekarang hanya Tiffany, sahabat kesayangannya.

"Ya tuhan mereka kemana" Taeyeon bingung harus mencari kemana, ia kehilangan jejak mobil itu.

Setelah lelah mengayuh sepeda tak tentu arah Taeyeon memutuskan untuk pulang ke rumahnya, dengan lesu dikayuhnya pedal sepeda itu menuju rumahnya.

"Taeyeon-ah" eommanya langsung menghampiri Taeyeon yang berjalan sambil menunduk.

"Aku kehilangannya eomma" suara Taeyeon seperti ingin menangis.

"Kalian akan bertemu lagi sayang, percayalah" mereka masuk ke rumah Taeyeon di lantai 2 tempat ia selama ini tinggal bersama Tiffany.

"Taeyeonie apa kau mendapatkan Tiffany?" Kang ahjumma datang untuk bertanya, Taeyeon hanya diam dan menunduk, ia kembali terisak.

"Omo maafkan aku, jangan menangis anakku suatu saat kalian pasti akan bertemu lagi"

"Ne, aku percaya itu, kami pasti bertemu lagi suatu hari nanti" kata Taeyeon meyakinkan dirinya.

Semenjak hari itu Taeyeon jadi semakin pendiam, ia tidak berminat masuk sekolah lagi. Ini sudah seminggu sebelum pendaftaran sekolah baru, dan Taeyeon sudah harus mendaftarkan beasiswanya.

"Apa sebaiknya kau sekolah di busan saja? Oppamu akan menjagamu disana, bagaimana?" Berbagai cara mereka membuat Taeyeon ceria kembali, namun ia memikirkan nasib Tiffany, ia percaya orang itu akan memaksa Tiffany belajar bisnis yang tidak disukainya.

"Tidak usah eomma, aku di Seoul saja" jawab Taeyeon pelan.

Mereka semua khawatir, Taeyeonn benar-benar terikat dengan sosok Tiffany, bahkan pertemanan mereka hanya baru sekitar 2-3 tahun saja.

Jiwoong sudah berusaha mencari informasi mengenai Tiffany, tapi tidak ada yang ia dapat selain data pribadi Tiffany sebagai salah satu pewaris keluarga Hwang dan data nya pun hanya sekedar informasi umum yang terbatas saja. Tiffany juga tidak terlihat menggunakan media sosialnya lagi, terakhir kali Tiffany update adalah sehari sebelum acara wisuda.

"Bagaimana ini" gumam Jiwoong saat melihat adiknya bermain harmonika di dekat jendela.

Walaupun tidak bersemangat sedikitpun Taeyeon tetap mendaftarkan beasiswanya, Jiwoong yang khawatir pada adik sematawayangnya itu memutuskan untuk pindah ke Seoul dan tinggal di apartemen bersama Taeyeon.

"Mau oppa antar?" Hari ini Taeyeon akan wawancara beasiswa.

"Tidak usah oppa aku naik bus saja" tolak Taeyeon.

Taeyeon berubah menjadi anak yang pendiam dan jarang tersenyum, itu membuat Jiwoong semakin sedih dan khawatir. Namun tidak ada yang bisa dilakukannya selain menemani dan menjaga adik murungnya itu, ia berharap semoga saja dengan lingkungan baru akan menghibur kesedihan Taeyeon.

Taeyeon terus berjalan menuju kantor tempat ia akan wawancara beasiswa, beasiswa yang diterimanya adalah beasiswa swasta dari yayasan yang menaungi sekolah tersebut dan beberapa institusi seni terkenal lainnya. Wawancara berjalan dengan lancar walaupun tanpa dibumbui ekspresi apapun dari Taeyeon, besok Taeyeon harus datang kembali dengan walinya untuk mengambil hasil wawancara hari ini.

"Bagaimana?" Tanya Jiwoong sesampainya Taeyeon di apartemen.

"Besok kita harus kesana lagi, oppa bisa kan?" Tanya Taeyeon.

"Tentu saja bisa, apa yang tidak bisa untuk adik kesayanganku ini" Jiwoong mengacak rambut Taeyeon.

"Yeon-ah, kau akan masuk SMA, jadi harus lebih semangat lagi belajar ne. Oppa juga sudah dapat pekerjaan di radio, ya walaupun gajinya tidak besar"

"Jjinja? Baguslah, aku senang mendengarnya" setelah mengatakan itu Taeyeon masuk ke kamarnya, ia lebih sering berada di kamar akhir-akhir ini.

~~~~~~~~~~~~~

Pagi ini Jiwoong sangat bersemangat, ia akan pergi bersama Taeyeon ke kantor yang memberikan Taeyeon beasiswa.

"Ya dangshin palliwaaa" teriak Jiwoong bawel, ia sudah berencana mengajak Taeyeon jalan-jalan hari ini.

"Yee yee" jawab Taeyeon malas.

Mereka berangkat dengan mobil yang diwariskan appanya kepada Jiwoong untuk mengantar Taeyeon kemanapun di Seoul. Orangtua mereka hanyalah pemilik optik yang cukup terkenal di Jeolla, mereka dari kalangan menengah, tidak kelebihan tidak juga kekurangan.

"Sampaii" Jiwoong terlihat ceria pagi ini.

Mereka turun dari mobil dan melangkah masuk ke gedung pencakar langit itu, menunggu lift turun menjemput mereka.

"Kau ini bagaimana, bagaimana jika mereka membatalkan beasiswanya" seorang anak perempuan menarik tangan anak perempuan lain yang lebih tua sambil mengomel.

"Aish siapa yang memakai lift sampai lantai 8" gerutunya di belakang Taeyeon, Taeyeon yang tidak peduli tidak repot untuk menoleh pada mereka.

Setelah lift sampai dan pintunya terbuka Taeyeon dan Jiwoong masuk lebih dulu dan kedua gadis tadi masuk setelahnya.

"Tolong tekan lantai 10" kata Jiwoong pada gadis-gadis itu karna mereka berdiri di dekat tombol lift.

Kebetulan sekali mereka menuju lantai yang sama karna gadis itu hanya menekan angka 10 saja hingga mereka sampai.

"Mereka tergesa sekali" gumam Jiwoong saat kedua anak perempuan itu berlari keluar lift begitu pintu terbuka.

Mereka menunggu panggilan untuk masuk menemui direktur yayasan tersebut. Sepertinya 2 orang anak perempuan tadi masuk lebih dulu, dari siluet kaca ruangan itu Taeyeon bisa melihat bayangan dua orang gadis berambut panjang tadi sedang duduk di hadapan yang punya kantor.

Taeyeon dengan sabar menunggu, sedangkan Jiwoong dengan gelisah menggerutu kenapa kedua gadis itu lama sekali didalam sana.

Taeyeon yang akhirnya tidak sabar lagi mendengar gerutuan Jiwoong akhirnya berdiri dan melihat-lihat loby yang luas itu. Diintipnya jendela ruangan tempat ia melakukan wawancara kemarin, seorang anak perempuan seumuran dengannya sedang menari didalam sana, Taeyeon tertarik lebih untuk menyaksikan tarian balet gadis itu.

Taeyeon seketika beku melihat wajah gadis itu, tatapannya tetuju pada ketenangan wajah gadis di depannya. Tak berapa lama Taeyeon terpana akhirnya senyum yang sangat tipis tergurat di wajahnya.

##############

My Fine WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang