20

280 38 6
                                    

Aldean perlahan membuka mata dan mengerjapkan matanya untuk memperjelas pandangannya. Ia menghela napas saat tau kalau ada di rumah sakit. terlebih melihat tangannya yang di infus.

"Siapa yang bawa gue ke sini, sih? bikin males aja" gerutunya.

"Udah bangun, lo?"tanya yoga yang baru saja masuk sambil makan snack.

"Jadi lo yang bawa gue ke sini?" Aldean melihat yoga yang berdiri di sisi ranjang.

"Bukan"  jawab yoga santai.

"Kalau bukan lo, terus siapa?"  tanya aldean penasaran.

"Mantan lo, si kinan yang bawa" jawab yoga dan duduk setelahnya.

"Kinan?" Gumamnya yang di akhiri dengan senyum kecil. ia senang kinan masih peduli dengannya.”Terus sekarang orangnya mana?" Tanyanya karena tidak melihat kinan.

"Pulang, dia bilang mau jemput orangtua sama adeknya "

"Orang tua sama adeknya, ya?" Aldean mengangguk, kemudian menatap yoga. "Eh, lo bilang siapa tadi? adeknya?" Tanya aldean lagi.

"Iya”

"Berati lisa dong?" Aldean memastikan.

"Lah, menurut lo siapa, dean? ya lisa, lah. lupa lo sama pacar sendiri? hah! gini nih kalau yang dipikirin malah kakaknya bukan adeknya. Udah jelas-jelas sekarang pacaran sama adeknya!" Omel yoga.

"Nggak gitu juga anjir. kan lo bilang adeknya, jadi gue mikir sebentar.

Ngomong aja langsung kalau lisa, kan gue nggak perlu mikir" sahut aldean dan melihat infus di punggung tangannya.

"Eh, mau ngapain lo, curut?" Yoga reflek berdiri saat melihat aldean bergerak melepas infus di tangannya.

"Berisik, lo! Gue mau lepas nih infus karena gue harus nemuin lisa. bisa habis gue diomelin kalau sampai dia tau gue sakit dan dirawat" Aldean yang sudah berhasil melepas infus beranjak dari tempat duduk, namun yoga langsung memukul keningnya.

"Duduk nggak, lo!" Titahnya setelah menepuk kening aldean."Lihat tuh Darah Lo Kemana-Mana!." Lanjutnya mengomeli aldean karena darah dari bekas infus menetes ke lantai.

Dengan cepat yoga menekan tombol untuk memanggil perawat, kemudian mengambil tisu untuk menghentikan sementara darah yang keluar dari punggung tangan aldean.

"Nggak usah nyusahin deh, emang lo udah baikan sampai mau pergi untuk nemuin lisa?" Tanya yoga.

"Udah dong. Lagian cuma sakit gini do" aldean menghentikan ucapannya karena yoga menekan perutnya tanpa aba-aba" Akh, sstt__, sakit, yog." keluhnya membuat yoga melihatnya dengan kesal.

"Ini yang lo bilang udah baikan, hah?! Di tekan sedikit aja udah kayak mau mati,lo! Udah nggak usah banyak tingkah, diem lo di sini!" Omelnya tegas.

Aldean memegang perutnya yang tadi di tekan yoga.

"Parah lo, yog. Sakit banget anjir, perut gue." Gerutu aldean, kemudian mengembungkan pipinya.
Yoga yang mengerti membantu aldean ke kamar mandi. dengan sabar ia memijat tengkuk aldean yang muntah.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang