25

101 13 1
                                    

Aldean mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Ia mengurangi kecepatannya lagi karena tiba-tiba  merasa pusing sehingga laju motor begitu pelan dan membuat pengendara mobil yang melaju dibelakangnya mengeluh.

"Ya ellah, lama banget tuh orang bawa motor" ucapnya yang masih mencoba sabar untuk tetap berada di belakan aldean.

"Tuh orang ngantuk kali, ya? Bawa motornya kayak gitu." Pikirnya saat melihat motor yang dikendarai aldean oleng ke kanan dan ke kiri tanpa ada niatan untuk menyalip

"Astaga!" Pekiknya kaget dengan kaki reflek menginjak rem karena motor aldean jatuh.

Orang itu langsung menghentikan mobil dan buru - buru turun untuk memastikan keadaan aldean.

"Masih gerak, nggak apa-apa kali ya gue bantuin" pikirnya saat melihat pergerakan tangan aldean.

Orang itu memutuskan untuk mendekatinya dan dengan hati- hati melepas helm yang dipakai aldean.

“Dean!” Pekiknya kaget setelah melihat aldean yang wajahnya pucat dan juga mimisan.

"To-tolong" ucap aldean lirih dan perlahan kehilangan kesadarannya.

"Aldean!" pekiknya khawatir.

Tanpa pikir panjang orang itu langsung mengangkat aldean dan membawanya ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.

                      ____ ooo ______

Aldean yang sudah ditangani oleh dokter  perlahan membuka mata. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing. 

"Dimana gue?" Gumamnya, kemudian berusaha merubah posisinya untuk duduk.

"Tck, siapa sih yang bawa gue ke sini?" Ocehnya setelah tau kalau sekarang ada di rumah sakit. “Pake diinfus lagi, bosen banget gue di infus kayak gini" lanjutnya dan bergerak melepas infus dari tangannya, tetapi aksinya gagal karena kedatangan seseorang.

"Heh, mau ngapain, lo?” Tanyanya sembari berjalan menghampiri aldean.

Aldean reflek menoleh ke sumber suara. “Lo mantannya lisa, kan? Ngapain lo di sini?" Tanyanya pada daniel, orang yang sudah menolong dengan membawanya ke rumah sakit.

"Lo mau ngapain? Mau lepas infus ya, lo?" Tanya daniel tanpa menjawab pertanyaan aldean.

Aldean menghela napas kasar mendengar pertanyaan daniel. "Jadi lo yang bawa gue ke sini?" Tanyanya dan daniel mengangguk sebagai jawaban. " Ngapain sih harus ke rumah sakit?" Lanjutnya menggerutu.

Daniel melihat aldean yang kesal, lalu duduk di kursi.

"Lisa tau?" tanya daniel tiba-tiba dan tanpa menjawab pertanyaan aldean.

"Nggak lah, dia kan di rumah, mana tau kalau gue ada di rumah sakit sekarang" jawab aldean.

"Bukan itu”

"Terus apa?"

"Kanker, lo" jawaban daniel membuat aldean terdiam. Ia benar - benar bingung kenapa daniel sampai tau penyakitnya. "Kalau di lihat dari ekspresi lo, kayaknya lisa nggak tau. bener, kan?" Tebaknya.

"Ngomong apa sih, lo? Siapa juga yang sakit kanker? Nggak jelas lo, tiba - tiba nanya kayak gitu" sangkal aldean.

"Udah nggak usah ngeles, percuma! Lagian gue tau juga dari bokap gue." 

"Bokap? Emang siapa bokap, lo?" tanya aldean penasaran.

"Dokter prass, lo tau kan?" Tanya daniel balik dan aldean hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ya, dokter prass itu bokap gue. Awalnya gue bingung karena bokap gue kenal sama lo waktu lihat lo, tapi waktu gue tanya lo sakit apa, bokap gue nggak kasih tau dengan alasan privasi pasien.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang