Part 8💚

2.3K 245 5
                                    

"Adeknya abang cepet sembuh ya,  abang sedih lihat kamu kayak gini." Ujar Nello pelan. Kini Nello merebahkan tubuhnya disamping Langit, ia memandang wajah pucat pasi adeknya yang terlelap tidur, jika mengingat kejadian tadi, rasanya Nello ingin marah kenapa harus Langit yang mengalami penderitaan ini.

Flashback on

"Dek bangun ganti baju dulu." Nello mencoba membangun kan Langit dengan menepuk pipi Langit pelan.

'Eungh'

Langit mengerjap ngerjab kan matanya saat ada yang menepuk pipinya.

"Eh abang udah pulang," mencoba mendudukkan tubuhnya dengan pelan karena kepalanya masih terasa pening.

"Iya udah pulang, kamu ngapain tidur disini belum ganti baju lagi." Nello akhirnya duduk disamping Langit.

"Nungguin Abang," jawab Langit sembari menyengir. Langit berbohong ia sungguh tidak mau membuat abang nya khawatir.

Nello tidak menjawab, Nello tentu tahu jika adeknya kini tengah berbohong.

Langit merasakan perutnya sangat mual akhirnya ia berlari ke kamar mandi karena ia sudah tak tahan lagi. Nello juga ikut berlari menghampiri Langit, ia takut terjadi apa apa pada Langit, adeknya itu.

"huwekk uhukk huwekk uhukk."

Langit memuntahkan semua isi perutnya.

Nello dengan telaten memijat leher Langit pelan.

"Uhukk huwekk uhukk."

"Masih mual? udah nggak ada yang keluar loh dek." Benar saja tinggal cairan bening saja yang keluar.

Sedangkan Langit badannya terasa sangat lemas akhirnya ia merosotkan tubuhnya karena tidak sanggup menopang. Dengan sigap, Nello memegang tubuh Langit.

"Abang sa-sakit," lirih Langit. Tangannya meremas perutnya yang terasa sakit dan mual.

"Kita kerumah sakit ya." Nello sudah sangat khawatir dengan kondisi adeknya itu.

Dengan cepet Langit menggeleng kan kepalanya. Sungguh Langit tidak suka tempat itu.

"Ke kamar aja abang." Ucap Langit pelan namun Nello mampu mendengar nya. Nello menghela nafas kasar, ia tak tahu dengan jalan fikiran Langit padahal kondisinya sudah lemah gini tapi tetep tidak mau kerumah sakit. Alhasil Nello menuruti kemauan adeknya itu padahal perasaan nya sudah campur aduk cemas.

"Masih kuat jalan?." Langit menggeleng lemah.

Tanpa banyak bicara, Nello menggendong Langit ala koala membawa nya ke kamar nya Langit. Langit menumpukan kepalanya di pundak Nello.

"Abang...maafin adek ya karena adek yang penyakitan Abang jadi repot gini." Ujar Langit pelan dalam gendongan Nello sang Abang.

"Ngomong apa sih dek, abang gak pernah ngerasa di repotin oleh adek tuh. Adek itu spesial buat abang, adek itu pelengkap buat abang, makanya adek harus berjuang untuk sembuh ya." Sakit jujur sakit banget hati Nello mendengar penuturan Langit. Padahal ia tak pernah merasa direpotkan oleh Langit.

Sesampai dikamar, Nello merebahkan tubuh Langit dengan pelan, lalu ia membuka sepatu yang dikenakan Langit dan mengganti baju langit. Lalu Nello menyuapi bubur yang dibawakan oleh salah satu maid. Nello dengan sabar menyuapi Langit karena Langit masih merasakan mual, dengan telaten Nello meminum kan obat Langit dan menyelimuti tubuh Langit sampai dada.

Langit Jevanello[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang