"Mommy hiks sakit hiks." Rengek Langit terdengar miris, membuat siapa saja yang mendengarnya tak akan tega.
"Mana yang sakit hm." Runtuh pertahanan Suzy. Suzy sungguh tak tega melihat putra kecilnya merintih kesakitan, sedangkan ia tak bisa berbuat apa apa.
"Semuanya...s-sak-sakit badan adek, kepala adek juga hiks."
Jevan tak tahan melihat putra bungsunya terus menerus menangis. Jevan mengangkat tubuh ringkih Langit ke dalam gendongan nya dengan hati hati agar alat alat yang menempel pada tubuh mungil Langit bekerja dengan baik.
'Shuthhs'
Jevan bersiul sambil menepuk nepuk pantat Langit pelan mencoba menenangkan si bungsu.
Tak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus, Semua bernafas lega saat melihat sibungsu mulai terlelap tidur. Jevan membaringkan tubuh Langit dengan sangat hati hati agar si empu tidak terbangun."Selamat tidur jagoan Daddy." Lalu mengecup dahi Langit.
🌼🌼🌼
3 Tahun Kemudian
'cleck'
Suzy tersenyum melihat putra bungsunya yang masih bergelut dengan selimut tebalnya padahal hari sudah pagi.
"Adek ayo bangun sayang," menepuk nepuk pipi Langit dengan pelan.
"Eugh...adek masih ngantuk mommy," jawab langit dengan mata yang masih terpejam.
"Apa adek lupa hari ini adalah hari pertama masuk ke sekolah?."
Langit telah diperbolehkan sekolah secara normal oleh Jevan. Tentu saja Jevan awalnya tidak menyetujui keinginan Langit, karena kondisi anaknya yang tidak seperti anak umumnya, tapi apalah dayanya Langit terus menerus merengek ingin pergi ke sekolah secara normal dan mengancam jika tidak diperbolehkan maka ia tidak akan mau melakukan kemoterapi. Alhasil Jevan menyetujui keinginan Langit dengan bermacam macam syarat.
"Mommy kok gak bilang dari tadi sih?, ini jam berapa?, adek telat gak mom?." Seketika Langit langsung membuka matanya dan bertanya tanpa henti.
Suzy tertawa melihat wajah panik anak bungsu nya itu.
"Nggak telat...makanya sana cepet mandi."
Langit mengangguk lalu beranjak ke kamar mandi. Begitu juga dengan Suzy meninggalkan kamar Langit.
'tap tap tap'
Langit menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Kiandra yang melihat Langit hampir jatuh karena kehilangan keseimbangan langsung menarik tangan Langit dengan sigap.
"Dek bisa nggak, gak usah lari, jalan bisa kan." Ujar Kiandra dengan nada dingin.
Langit tak bergeming ia sibuk memegangi kepalanya yang terasa pening.
"Kenapa?, pusing?." Kiandra khawatir melihat wajah pucat milik Langit.
"Dikit kak." Jawab Langit pelan tapi Kiandra mampu mendengar nya.
"Jalan pelan-pelan atau mau kakak gendong?."
"Yang sakit kepala nggak kaki Kak Kian, jadi gak perlu digendong" jawab ketus Langit sambil mengerucutkan bibirnya.
Kiandra dibuat terkekeh dengan jawaban dan wajah menggemaskan Langit. Toh biasanya Langit meminta gendongan ala koala dasar anak piyik yang sok sok an.
Lalu Kiandra memapah Langit ke meja makan. Disana udah ada Jevan, Suzy,dan Kenzo. Yang tanya kenapa Nello gak ada karena ada kuliah pagi maka ia harus pergi pagi-pagi.
"Ya ampun adek kamu kenapa nak?," Suzy berjalan menghampiri Langit dan meneliti wajah pucat Langit.
Jevan tak banyak bicara lantas menarik tubuh Langit ke pangkuan nya. Langit hanya menurut.
"Adek kenapa hm," Jevan menatap wajah pucat Langit.
"Nggak papa Dad, hanya pusing dikit." Jawab Langit menunduk.
"Mending adek gak usah berangkat sekolah dulu," kini Kenzo ikut bicara ia juga mengkhawatirkan kondisi adeknya.
"Adek nggak papa kok pusing nya udah ilang." Jawab Langit berusaha meyakinkan semuanya sambil menampilkan senyum pupy eyes nya membuat siapa aja gemas melihatnya.
"Yaudah kita mulai sarapan aja." Ujar Kiandra menengahinya. Dibalas dengan anggukan.
Keadaan hening, hanya ada suara dentingan sendok. Sedangkan Langit masih duduk dipangkuan Jevan sembari disuapi Suzy makan dan obatnya. Suzy sangat telaten merawat Langit. Kiandra dan Kenzo yang melihat interaksi hangat Langit dan Suzy tersenyum senang.
TBC
Walaupun sudah tamat tapi vote dan komen tetap berlanjut ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Jevanello[✅]
Random(Tidak di revisi) Dia Langit Jevanello anak bungsu dari keluarga Jevanello keluarga yang terpandang dan pastinya kaya raya. Namun, di usianya yang masih kecil, ia didiagnosa terkena penyakit yang mematikan. Semua anggota keluarga nya selalu mendukun...