kelinci Kecil

15.3K 446 4
                                        

"tuan Daniel tidak bisa menghadiri acara peresmian gedung 2 hari mendatang, soalnya beliau harus telat pulang karna nyonya muda tengah kurang sehat" lanjut Ali memberikan informasi detail

"terus bagaimana keadaan istri tuan Daniel, sekarang?" tanya Alex, diwajahnya tampak rasa simpati akan kabar buruk dari istri tuannya itu

Ali menatap jengah Alex, ia kemudian mendengus sebelum menjawab dengan kesal

"jempol kakinya terbentur dan hanya memerah sedikit"

"hah?" Alex mengerjab mendengarnya.

"tuan muda semakin protektif sejak kandungan nyonya muda makin besar" ujar Ali lagi agar Alex tak melebeli tuan mudanya sebagai pria lebay dan budak cinta. Cukup hanya dirinya yang memberi label itu, meski hanya dalam hatinya.

Alex menelan ludah, jika menyangkut pembahasan kehamilan ia selalu sensitif. Tapi ia kali ini membenarkan sikap tuan Daniel, karna ia juga akan melakukan apapun jika saja ia memiliki istri tercinta dan sedang mengandung anaknya. Bahkan mungkin ia tak akan meninggalkan selangkahpun istrinya yang tengah mengandung, ia akan menjaga ketat istri dan kandungannya, saking inginnya ia memiliki seorang keturunan

=====

Alex tengah disibukan dengan beberapa berkas di hadapannya,  terhitung sudah seminggu sejak berhasilnya peresmian gedung berbentuk L yang kini menjadi pusat perbelanjaan yang ramai pengunjung, kini Alex tengah berkutat dengan mengevaluasi beberapa laporan dari para manajer Mall, ada banyak hal yang nyatanya harus di manajemen ulang, mana ditambah kontrak danau buatan yang sampai sekarang belum Alex dapatakan mandor yang cocok.

Pikirannya kalut, kepalanya terasa pening.

"obat untuk meredakan semua ini hanya kelinci kecil itu" gumam Alex tersenyum miring.

Mengabaikan tumpukan berkas itu, ia meraih jasnya dan meninggalkan ruangannya, Ia mengemudikan mobilnya keluar basmen meninggalakan perusahan padahal jam masih menunjukan pukul 2 siang, bukan untuk memantau proyek atau bertemu rekan bisnis tapi tujuannya kali ini adalah rumahnya. Menemui sesorang yang berada di kamar belakang untuk membantunya meredakan rasa pusingnya.

yang tak lain dan tak bukan adalah dengan meminta hal yang bisa membuat seorang Alex akan melupakan permasalahan dunia jika sudah melakukan kegiatan menyenangkan itu.

"ah rasanya sudah tak sabar" gumam Alex menambah kecepatan mobilnya, beruntung jalanan sedikit sepi karna ini sudah lewat jam makan siang

entah sadar atau tidak, Alex sudah terlalu candu akan tubuh istri sirinya itu

Mobil pajero sport warna hitam yang dikemudikan seorang pria beristri 2 itu memasuki pakarangan rumah dan berhenti tepat di depan rumah miliknya. Tergesa ia membuka pintu mobilnya dan berjalan cepat memasuki rumahnya seolah ia tengah dikejar waktu. Lebih tepatnya ia yang mengejar waktu agar adik kecilnya segera bisa terbebas berpetualang dari balik resleting celananya yang kini terasa sesak karna masih terkurung padahal sedari tadi ia bangun pada saat sang tuan kepikiran akan istri sirinya itu sebelum meninggalkan perusahaan

Hening. Suasana rumahnya sepi seperti tak berpenghuni menyapanya siang menjelang sore ini

Tiba-tiba ia merasa dadanya terasa hampa. Bukan, bukan persoalan istri sahnya, Elana yang memang tengah berkunjung ke kota kelahirannya,  Sultra, sejak seminggu lalu yang di biarkan Alex karna memang ada Roni yang bersama Elana hari itu. Tapi perasaan hampa kali ini ia sendiri tak tahu datang dari mana. Bahkan rasanya ia ingin menangis. Ia bingun dengan rasa aneh yang menghampiri dadanya.

Dan ketika ia tak menemukan kemungkinan penyebab ia merasa sedih, ia meraih ponselnya dan memeriksa ponselnya, mendapati kontak yang menjadi fokus utamanya tak memiliki notif apapun, Alex berinisiatif menekan tombol telpon dan melakukan panggilan pada istri sahnya untuk mengetahui kabar terbaru wanita yang sudah belasan tahun terduduk di kursi roda itu,  namun hingga panggilan kedua Alex tak juga bersambut.

Derita Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang