Sarapan Berdua

12.2K 643 17
                                    

Suka cerita ini? Follow dulu dong! jangan hanya di faforitin novelnya penulisnya kagak. Kan akunya mengsedih

********

Alex menuruni tangga sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah, mencari sosok manusia yang sudah 3 hari tidak digangguinya setelah keluar dari rumah sakit, biasanya wanita muda itu sudah berkeliaran dengan alat-alat bersihnya di lantai dasar di pagi hari

"tuan cari nona?" sahut bik Imah yang baru saja keluar dari ruang dapur

"tidak" jawabnya dengan dusta

Wanita paru baya itu mengangguk "sarapan sudah siap, tuan" ujar bik Imah memberitahu

Alex langsung melangkah menuju meja makan, menatap menu sarapan yang biasanya ia santap bersama Elana

"apa...dia sudah sarapan?" Alex sedikit ragu, ia bertanya tanpa mengalihkan atensinya dari sarapannya

"nona akan makan jika pekerjaannya sud..."

"ck! Apa dia kepala batu! Aku udah berbaik hati memberinya jatah sarapan tepat waktu tapi dia mengabaikannya? Dasar tidak tahu diri" cercah Alex panjang lebar.

"panggil dia kalau perlu seret kemari!" titah Alex kemudian

Imah segera keluar ruang makan, menyusul istri muda tuannya yang tengah membersihkan kolam renang

Bik Imah memelankan langkahnya saat netranya sudah menangkap sosok wanita muda tengah terduduk di tepi kolam dengan kaki menjutai memainkan air kolam

"non, dipanggil tuan" ujarnya setelah berada di belakang wanita malang itu

"aku rindu berenang bik, rindu tiduran di atas kolam sambil jemuran" gumam Maura tanpa mengalihkan atensinya dari kolam, bahkan pakaian bawahnya yang sedikit basah akibat percikan air yang diciptakan kakinya tak ia pedulikan

Bik Imah hanya bisa menghela napas,  ia tahu bagaimana perasaan nonanya ini, sedari kecil hidup bergelimang harta terus tiba-tiba mengalami perubahan nasib menjadi berada dititik paling terendah, tak memiliki apa-apa dan hanya sebagai penebus hutang pastinya sangat menguncang jiwanya

"badai pasti berlalu non, meski tak bisa mengembalikan keadaan seperti semula tapi yakinlah, pasti ada pelangi setelahnya" sahut Imah bijak

"iya, Maura tau bik, tapi di hidup Maura malah kebalikannya, pelangi itu sudah pergi dan saatnya Maura melewati badainya" Maura berujar sambil menerawang

*namun untuk adikku, itu sangat sesuai dengan pepatah bibik* tambah Maura dalam hati

Nyatanya putri kedua Dinata itu tak bisa jauh-jauh membandingkan dirinya dengan sang adik, Alicia

"oh iya, tadi bibik bilang apa?" tanya Maura yang kini menoleh ke arah Imah

"tuan, memanggil no.."

"m4mpus! Kenapa bibik tidak bilang sih" ujar Maura memotong ucapan Imah, kini wanita berdaster itu telah berlari memasuki rumah meninggalkan Imah

"loh, salahku toh?" beo Imah bingung

Maura berlari secepat mungkin agar bisa segera sampai di dalam rumah, mendapati ruang keluarga masih kosong Maura melanjutkan langkah lebarnya menuju ruang makan

"ya Allah, tolong hambamu ini, semoga saja tangan dan kaki tuan tiba-tiba keram hingga ia tak bisa menampar atau menjambak rambutku, juga tak bisa menendangku" panjang rapalan doa lebih tepatnya kutukan Maura ucapkan sementara kakinya terus melangkah menuju ruang makan

Memasuki ruang makan, Maura menelan ludah kasar melihat tatapan Alex yang langsung menghunusnya

"duduk dan habiskan sarapannmu!" perintah Alex tak terbantahkan, ia berucap sambil mengendikan dagu ke arah piring tanpa mengalihkan tatapan tajam dari Maura

Derita Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang