Rasa bersalah

17.4K 479 2
                                    

"tuan Roni kembali datang berkunjung, tuan" lapor orang di seberang telpon

"hm" gumam Alex menanggapi "pastikan saja agar wanita itu tak menampakan dirinya" lanjut Alex memberi titah

"baik tuan" setelah mendengar jawaban dari seberang, Alex mematikan sambungan telponnya. Meletakan gawainya di meja kerja kemudian ia mendaratkan bokongnya di kursi kerjanya.

Bukannya tak membiarkan maura melayani ayah mertuanya sebagaimana peran maura sebagai pembantu jika rumah Alex kedatangan tamu, tapi untuk Roni,  ayah dari Elana itu, Alex ingin menyembunyikan keberadaan Maura agar tak terlihat oleh Roni. Entahlah, ia juga tak tahu apa alasannya, intinya jauh-jauh hari sejak awal-awal pernikahan kedua Alex terjadi, suami siri Maura itu sudah memerintahkan agar Maura tak boleh keluar jika Roni datang berkunjung ke semarang.

Sudah seminggu ini ayah mertua Alex itu setiap hari berkunjung ke rumahnya saat ia tengah berada di luar. Ia tak tahu apa gerangan pekerjaan yang tengah di geluti Roni di semarang hingga kali ini kunjungan pria paru baya itu tanpa ditemani sang istri memakan waktu sampai lebih dari seminggu di kota domisili Alex dan Elana setelah menikah belasan tahun lalu itu.

Biasanya Roni hanya berkunjung setiap seminggu sekali untuk menengok kabar putrinya, sedang Dita, ibu mertua Alex hanya berkunjung 3 bulan sekali,  alasan jarak yang sering menjadi alasan ibu kandung dari Elana itu. Sulteng dan Semarang memang agak jauh bukan? Apalagi usianya yang sudah tidak mudah lagi menjadi faktor utamanya malas menempuh jarak jauh. Berbeda dengan Roni yang tak mengenal lelah mengujungi putri kesayangan mereka.

Sejak Alex sibuk dengan urusan kantor karna kerja sama dengan perusahaan Prasetyo Corp, saat itu juga ayah mertuanya datang ke semarang, hingga membuat Alex tak memiliki waktu untuk menemui ayah dari istri sahnya itu. menurut kabar dari satpam rumahnya, Roni datang berkunjung jika jam 10 pagi hingga jam 5 sore membuat Alex tak bisa meluangkan waktu untuk menemui mertuanya karna itu masih jam kerja.

Menurut penjelasan Elana, ayahnya itu kerja di malam hari hingga pagi, membuat Roni tak bisa berkunjung di malam hari dan menemui Alex yang tengah di sibukan dengan beberapa proyek bernilai miliaran.

Alex mengendikan bahunya, jika tak sempat bertukar sapa dengan mertuanya ia masih memiliki lain waktu meski tidak dekat-dekat ini mengingat kerjaannya sedang banyak-banyaknya. Mungkin sekitar 2 bulan atau 3 bulan lagi baru ia bisa memiliki waktu luangnya. Menghela napas sebelum suami sah Elana itu kembali memeriksa berkasnya kemudian setelah selesai ia beranjak memantau gedung yang tengah proses pembangunan yang dipercayakan padanya oleh perusahaan yang dipimpin oleh tuan Daniel.

Sedang di kamar belakang rumah Alex, wanita muda itu tengah berdiri diam mematuk wajahnya di hadapan cermin berukuran kecil yang mengantung di dinding. Ia lagi lagi terkurung di ruang sempit ini.

Wajahnya tak lagi terawat, scincare mahal sudah lama tak lagi menyentuh wajah mulusnya yang kini tampak kusut. Lingkar hitam di bawah matanya terlihat mengerikan membuatnya membenci wajahnya sendiri. ia muak karna tak bisa lagi dengan bangga memamerkan kecantikannya yang selalu menjadi andalannya selama menjadi nona muda keluarga Dinata

Meraih cermin kecil itu lalu membantingnya hingga terpecah berai, ia tak butuh cermin lagi. Toh wajahnya akan tetap mengerikan bagaimanapun ia bercermin. Ia tak peduli lagi akan penampilan dan wajahnya, cermin adalah musuh terbesarnya sekarang. Ia benci cermin yang hanya memperlihatkan dengan jelas bagaimana hidupnya yang menyedihkan.

Menatap nanar cermin yang kini telah menjadi beberapa serpihan kecil berhamburan di lantai, ia melangkah menuju kasur kapuknya

Tersenyum miris, lagi-lagi bayangan akan adik tirinya kembali menari nari di memorinya.

Dulu, Alicia bisa tetap cantik meski ia tak merawat diri, Alicia masih bisa tertawa bahagia jika tak berada dalam lingkungan Mansion, Alicia masih bisa merasakan kasih sayang dari sahabatnya. Tapi dirinya? Ah jangan tanyakan gimana dirinya, ia lebih pantas dengan kata sampah! Sama seperti yang sering Alex katakan padanya

"hai adik, gimana kabar kamu sekarang? Pasti bahagia ya. Yaiyalah tuan Daniel mencintaimu. Kamu baik dan kamu pantas mendapatkan kebahagiaan. Selamat yah dan... Maaf" monolog Maura menerawang. Tangannya menyentuh ginjal kirinya seolah ia berbicara dengan pemilik aslii ginjal yang tengah berada pada tubuhnya

Mengedarkan pandangannya menelisik kamar yang hanya berukuran 3x3 ini, Maura lagi-lagi tertampar akan kenyataan yang pernah di rasakan Alicia dulu. Anak kandung yang di anggap pembantu dan ditendang ke kamar belakang sebagai kamar istirahatnya yang tak layak untuk di tempati keturunan seorang Dinata,  tapi Alicia malah dengan lapang menerima semuanya. Membandingkan dirinya yang tak kalah menyedihkan dengan apa yang pernah dirasakan Alicia dulu, bedanya ia hanya merasa kehilangan harga dirinya sebagai gadis yang pernah hidup mewah, tapi Alicia? Adiknya itu pasti memendam kesakitan yang luar biasa, diperlakukan bagaikan orang asing oleh ayah kandung sendiri itu sakitnya tak ada tandingannya lagi.

"bolehkah aku meminta agar dikuatkan sama seperti mu, El?" tanya Maura pada udara "tapi apa pantas aku diberi kekuatan dan kesabaran sepertimu, adik kecilku yang rela memberikanku kehidupan dan malah menerima semua penyiksaan dari keluargaku?" lanjut Maura,  kini netranya sudah berkabut akan air mata yang sudah mengenang membanjiri kelopak matanya

"aku tak pantas bukan mengikuti jejak mu? Aku terlalu jahat" Maura tersenyum pedih dengan air mata yang sudah mengalir deras membasahi pipinya

"ya, aku terlalu jahat dan tak tahu malu, bagaimana mungkin aku berfikir ingin meminta hakku sabagai seorang kakak yang miskin pada adiknya yang kaya untuk memohon bantuan agar bisa dikelurkan dari neraka ini" Maura terus bermonolog melampiaskan bebannya

"bisakah aku berdoa agar aku bisa datang dimimpimu?"

"tapi sekali lagi pantaskah aku berdoa?" tanya Maura merasa tak pantas

"tidak! Jangan, kumohon, tolong jangan pernah hadir lagi di hidupku, jangan lagi peduli. bahagialah terus dan abaikan aku yang penuh dosa ini, kamu tak pantas melihatku lagi, dirimu terlalu suci untuk terlibat lagi dengan seseorang pendosa kotor sepertiku"

Maura yang merasa lelah dengan pikiran, tekanan dan penyesalannya di dera rasa sakit kepala, memilih berbaring dengan mata yang masih bercucuran air mata, ia mencoba memejamkan matanya

"ayah, Maura rindu, hiks.."

"ibu, kak Maureen, dimana kalian?"

Bersambunggg...

######
Salam Mickey Mouse 24
Dari Dunia Halu

Derita Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang