Penawaran atau Trik?

14.3K 562 18
                                    

Maura terpaku di tempatnya, Matanya masih menatap lekat punggung kokoh yang semakin menjauh menuju ruang kerjanya itu

Apa pria bajingan berotak cabul itu baik-baik saja? Salah minum obat mungkin? Bagaimana bisa ia bersikap aneh demikian?

Ucapan serta tingkah pria itu masih terngiang jelas di otaknya

dengan bola mata gusar Alex menawarinya sebuah keadilan sebagai istri siri agar diperlakukan sama dengan istri sahnya? Apa itu beneran pria yang kemarin menamparnya berulang kali hingga menghempaskannya ke lantai dan menjambak rambutnya sampai mereka harus kehilangan calon anak mereka? Tolong siapapun bantu ia menemukan jawabannya. Ada apa dengan pria brengsek itu?

"perlakuan adil sebagai istriku, mungkin?" Maura menggelengkan kepalanya mengusir kilasan itu. Mengendikan bahunya acuh, wanita yang beberapa jam baru keluar dari rumah sakit itu memilih memasuki kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum ia menjalankan pekerjaan sesungguhnya. Budak di rumah suami sendiri

Maura kini masa bodoh, kesakitan dan derita yang ia alami beberapa bulan belakangan ini sudah biasa baginya, ia tak terpengaruh sama sekali. Baginya kesakitan yang diberikan Alex tak ada apa-apanya jika dibandingkan saat kehilangan ayahnya. Jiwanya sudah kebas akan rasa sakit

ia berusaha bertahan demi sebuah kebebasan dimasa depan yang telah dijanjikan calon mantan suaminya.

Sedang di ruang kerja, Alex mondar mandir di balik pintu. Ah kenapa ia seperti abg labil sekarang?

"Arghhh" Alex menendang udara guna melampiaskan emosinya

"perlakuan adil sebagai istriku, mungkin?" bagaimana bisa wanita muda itu tak bereaksi akan tawarannya? Arg ia bahkan sudah berperang melawan harga dirinya demi mengucapkan kalimat itu

Kesal bercampur malu, Alex memilih meninggalkan Maura yang tak meresponnya  "ah lupakan saja! Sana kembali ke kamarmu" putus Alex dengan mengibaskan tangannya mengusir Maura. Ia juga bergegas menuju ruang kerjanya karna merasa malu sendiri akan tawarannya yang nyatanya tak membuat istri mudanya berbinar malah menatapnya dengan tatapan aneh.

"Shit!" umpat Alex meninju dinding ruangan meluapkan gejolak dalam hati dan pikirannya

Karna hari baru akan beranjak siang, Alex meraih dan mengenakan kembali jas kerjanya kemudian beranjak menuju perusahaan setelah menyimpan kertas perjanjian di tempat yang aman dalam ruang kerjanya.

sebenarnya tadi pagi ia diberi kabar oleh dokter yang menangani Maura jika hari ini istri mudanya itu sudah boleh pulang, tapi Alex tak peduli dan lebih memilih berangkat ke perusahaan dari pada buang-buang waktu menjemput Maura. Namun saat sampai di kantor pikirannya malah berkelana,  bahkan saat mengadakan rapat dengan para ketua divisi, pikiran Alex malah tertuju pada Maura

Dan setelah menyelesaikan rapatnya, Alex memutuskan pulang ke rumah dengan menunda jadwal meetingnya saat itu.

Ada sesuatu yang menghantui pikirannya, Alex takut jika wanita itu malah kabur setelah ia membiarkannya setelah keguguran.

Padahal semalam, suami sah Elana itu sudah bertekad mengakhiri pernikahan aliansinya dengan Maura, ia tak mau lagi terlibat dengan wanita muda itu. Karna ia merasa tak ada gunanya lagi mempertahankan Maura yang sudah lalai menjaga janinnya.

Kehilangan janin membuat Alex tak lagi menginginkan kehadiran seorang keturunan, lebih tepatnya ia merasa tak pantas lagi menjadi seorang ayah yang telah melenyapkan calon anaknya sendiri karna tak bisa mengendalikan nafsunya. Untuk itu ia tak lagi berharap bisa mendapatkan penerus. Alex memutuskan hanya akan fokus pada perusahaan dan istrinya Elana

Semalam tekadnya sudah bulat bahwa Alex akan melepas wanita muda itu, agar dunianya bisa kembali normal meski tanpa keturunan, baginya selama ia bersama Elana semua akan baik-baik saja. Ia tak akan menduakan lagi istrinya yang sudah menemaninya belasan tahun itu

Akan tetapi hatinya tak bisa menuruti keputusannya, ada sesuatu dalam dadanya yang tak rela jika melepas wanita muda itu. Baru rencana untuk melepaskan tapi ia sudah merasakan ruang kosong menghimpit relungnya.

Alhasil, rencana 'talak' berubah jadi sebuah perjanjian untuk tetap mempertahankan wanita itu

Alex sedikit lega saat sampai rumah ternyata istri mudanya belum tiba, ia buru-buru memasuki ruang kerjanya untuk membuat sebuah perjanjian diatas kertas bermaterai yang kini membuatnya bernapas lega karna wanita itu masih mau bertahan disisinya. Tak sia-sia ia meluangkan waktu berharganya demi membuat perjanjian konyol ini.

"Mang, tolong beritahu bik Imah untuk membantu nona pindah ke kamar tamu, yah" ujar Alex yang hendak menaiki taksi yang diberhentikan Mang Asep

Alex tadinya pulang ke rumah dengan buru-buru, merasa untuk mengeluarkan mobilnya butuh waktu lama ia lebih memilih menaiki taksi perusahaan yang memang sudah siap sedia di depan lobi

"hah? Oh baik, tuan" ujar Mang Asep setelah tersadar dari kebingunganya

====

Maura menatap datar kamar tamu yang 2 bulan lalu ditinggalkannya karna di tendang ke kamar belakang.

"kenapa ke kamar ini lagi sih, sekali-kali di tendang ke kamar utama sepertinya lebih bagus deh" ucapnya melangkah masuk membuat Imah yang tengah menyusun pakaian Maura yang tak seberapa dan mang Asep yang tengah membenarkan letak sofa panjang dalam kamar tamu menoleh ke arah istri muda tuannya

"pft" Maura menahan tawanya melihat ekpresi keduanya

"kenapa? Aku tidak pantas yah berada di kamar utama?" tanya Maura yang kini mendudukan bokongnya di tepi ranjang

"bersabarlah, nona. Kamar utama akan menjadi milik anda suatu saat nanti" ujar bik Imah tanpa keraguan seolah ucapannya itu akan jadi kenyataan

"apa nona, butuh bantuan mamang untuk membuat keinginan nona jadi kenyataan?" tawar Mang Asep dengan nada bercanda tapi terselip keseriusan disana

*wah sepertinya mereka bisa menjadi sekutu nih* batin Maura menyerigai

"dimanapun kamarnya, bagiku semua sama saja. Tugasku ya hanya untuk menampung benih tuan, kalian" ujar Maura dengan gamblang

Bersambunggg...

Derita Istri SiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang