OO. FADLAN

83 34 39
                                    

Pria itu mencelupkan kantung teh ke dalam secangkir air hangat, dia Fadlan. Ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah kafe ternama di kota Jakarta. Setelah melepas status pengangguran yang ia jalani selama empat bulan. Setelah kelulusan satu tahun lalu, ia memilih bekerja dan tidak melanjutkan pendidikannya.

"Lan?" seseorang menepuk pundaknya, Fadlan terkejut. Ternyata itu Bos nya, namanya pak Untung.

"Eh elo Tung, ngagetin aja" Fadlan terkekeh, lalu mengangkat cangkir teh nya, dan menyeruputnya perlahan.

Slurpp

"Cepetan kerja Lo, jangan nge-teh mulu!" ucap pak Untung, lalu merebut cangkir teh dari tangan Fadlan.

"Sabar elah, Tung. Ganggu orang nyantai aja lo!"

Pak untung menyeruput teh milik Fadlan, lalu menjawab, "Huh, yaudah deh lo gue pecat aja! Pergi lo dari sini!" pria itu tampak marah, namun dengan raut wajah santai. Aneh.

"Hah? Di pecat?! Oh.. Oke, gue pulang dulu ya Tung" ucap Fadlan dengan santai, lalu mengambil tangan kanan pak Untung, dan menyalaminya.

Tanpa ba bi bu Fadlan pergi meninggalkan pak Untung yang masih menyeruput teh nya, pria itu berjalan dengan lagak yang angkuh ke arah pintu keluar.

Byurrr

Seseorang menyiramnya dengan seember air, sampai baju pria itu basah kuyub. Tunggu. Orang itu.. IBUNYA! ya! Bu Tati namanya.

Fadlan membuka matanya yang masih lengket. Tubuhnya terasa basah, begitu pun wajahnya, samar samar terlihat bu Tati yang sedang berdiri dengan raut wajah marah dan kedua tangannya berada di pinggang.

Fadlan mengucek matanya, kini bu Tati terlihat jelas, dengan tampang judes nan seram nya ketika marah. Fadlan mundur sedikit membenarkan posisi duduknya.

"Kerja lo, Lan! Males bener idup lo! Ini udah jam sembilan!"

Perkataan itu membuat Fadlan diam sejenak.

"Lah, Fadlan kan udah di pecat mak"

"Di pecat sama siape lo? Kerja aja belom masa udah di pecat aje?!" Tunggu, jadi, dia.. Cuma mimpi?

"Mimpi kali lo, kesenengan dapet kerjaan." kata bu Tati menambahkan.

"Sekarang jam berapa mak?"

"JAM SEMBILAN FADLAN ABDULQORI BIN ABDUL JALAL!!!!" kata bu Tati dengan suara menggelegar, bak petir di tengah badai. Suaranya sudah di pastikan menembus dinding dinding rumah tetangga.

Satu detik setelahnya, terdengar suara tangisan bayi tetangga, suara perabotan jatuh, dan kata kata reflek yang pastinya milik tetangga yang rumahnya berderet dengan rumah Fadlan.

"Belum juga selametan udah ganti nama aje, Mak."

"Ngomong sekali lagi, ni ember melayang."

Fadlan buru buru beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, bahkan sampai lupa mengambil handuk, bu Tati pasti akan marah karna itu.

"Mak!!"

Pintu kamar mandi terdobrak, bu Tati dengan cepat melempar handuk yang tepat mengenai wajah Fadlan.

"Telen tuh anduk!" katanya lalu menutup pintu kamar mandi dengan keras, lalu meninggalkan tempat itu, menyiapkan baju untuk dipakai Fadlan bekerja.

Eum, dari kejadian berantakan tadi, mari kita putar ulang dengan jalan yang lebih baik.

---00---

Ia mencelupkan kantong teh ke dalam secangkir air hangat. Dia Fadlan. Senin pagi ini adalah hari pertamanya akan bekerja di sebuah kafe yang tidak terlalu terkenal di kota Jakarta, setelah melepas status pengangguran yang ia jalani selama empat bulan itu. Kurang lebih..setelah lulus dari sekolah menengah akhir tahun lalu, ia memilih bekerja dan tidak melanjutkan pendidikannya.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang