O8. Pesan & Hujan

34 11 0
                                    

Reza mematikan Handphone nya setelah membaca pesan dari grub Aloemni Titisan Einstein - nya. Lutfi -- teman sekelasnya dulu sewaktu di SMA mengusulkan bahwa akan mengadakan pertemuan di kafe Greenula nanti malam. Eum, itu tempat Fadlan bekerja. Tapi ntah kenapa, perasaannya malah tidak enak, cemas lebih tepatnya. Itu yang ia rasakan. Selama grub di roomchat nya ramai sejak sore tadi, Reza sama sekali tidak mengetikan satu kata pun untuk menyuarakan pendapatnya, atau sekadar basa basi disana. Yah, itu memang sedikit--aneh. SEDIKIT ya! Biasanya Reza selalu ikut nimbrung di grub chat.

Dia menghela napas. Pikirannya tiba tiba beralih pada coklat yang sudah mengeras di lemari es nya. Coklat masqueen itu. Yang ia temukan di meja riasnya beberapa hari yang lalu.

"Kenapa jadi gini?" Reza bertanya pada dirinya sendiri, juga di tambah ia merasa kesepian sekarang. Malik ada tugas keluar kota mungkin selama beberapa hari, dan beberapa hari itulah Reza akan sendirian di rumah. Tidak ada yang mengajaknya olahraga di halaman, tidak ada yang menyuruhnya membantu menanam bibit tanaman, tidak ada yang berkicau menanyakan rencana membuat kue yang ntah kapan, dan tidak ada lagi pertanyaan pertanyaan yang membuat Reza bosan.

Kadang, Reza sadar betapa berharganya sebuah waktu bersama keluarga, dulu saat masih ada Bunda nya, Reza sering sekali meninggalkan rumah untuk nongkrong dengan teman temannya, ke rumah Sinta, atau main basket di lapangan komplek. Tapi kalau soal malik, tidak terlalu banyak perubahan. Dia tetaplah seorang Papa yang sibuk, tapi setelah sang istri pergi, ya begitulah. Kalian sudah tau, kan?

Tuk

"Awssh" Reza meringis begitu sesuatu benda yang di rasa kecil mengenai belakang kepalanya, ia mengusap usapnya.

Dia menoleh, tidak ada siapapun, atau.. Apapun. Dia mencoba menghiraukannya, mengambil Handphonenya dan menyalakan musik dengan volume sedang. Itu sedikit menenangkannya.

Namun, bersamaan dengan suara benda benda jatuh dari arah dapur, saat itu juga sesuatu mengenai telinga kanannya hingga sedikit mengeluarkan darah.

Reza segera bangkit, darah di belakang daun telinganya masih basah dan terus keluar. Tapi tidak terasa perih. Ia mengendap endap.

"Siapa!?"

Hening. Hanya suara musik dari Handphone nya yang mengalun.

"Jawab, atau gue abisin!"

Brakk

Crangg

"Woi!" Ada bayangan hitam di sana, bayangannya benar benar tidak jelas tapi masih terlihat. Reza segera berlari mengejarnya, tapi bayangan itu langsung menghilang, Reza sampai di dapurnya, benar benar berantakan. Sendok, garpu dan pisau berada di lantai, dan beberapa batu kerikil, rasanya batu itulah yang mengenai kepala dan telinganya. Beruntung piring piring di laci tidak ada yang pecah. Aneh sekali, teflon yang ia pakai menggoreng sosis dan telur waktu lalu, juga ada di lantai, padahal ia menaruhnya di dalam laci, karna itu teflon kesayangan Bundanya.

Kenapa harus telfon ini? Kenapa orang itu harus melempar teflon ini ke lantai? Dan, ya. Reza menemukan sebuah bola kertas berukuran sedang di sana. "Apa ini?" Reza mengambilnya dan membuka bola kertas itu, ada sebuah tulisan di sana.

Bagaimana coklatnya?

HM

"HM lagi!?"

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang