2O. Mendung di Bandung

22 2 0
                                    

Reza membuka matanya perlahan, tidak terlihat cahaya matahari menyorot padahal seharusnya Sang fajar sudah menyingsing. apakah ia bangun terlalu pagi? sepertinya tidak. untuk memastikan, ia bangkit duduk dan menggosok matanya yang lengket, melihat ke sekitar, ternyata mendung mengukung.

Ia menoleh kearah dimana teman-temannya seharusnya berada, terlihat Dara yang masih setia dengan tidurnya sedangkan Fadlan? tunggu, dimana laki-laki itu?

Mengernyit, Reza kebingungan dan segera mengguncangkan tubuh Dara perlahan, "Dara, bangun. Fadlan ga ada!" Ucapnya.

Dara mendesah kecil, lalu perlahan membuka matanya. masih mencoba beradaptasi dengan keadaan sekitar.

"Kenapa sih?" Dara kesal. Matanya masih berat dan tubuhnya masih sangat pegal.

"Fadlan ga ada."

Dara langsung menoleh ke tempat Fadlan tidur tadi malam. terkejut, Dara menaikkan alisnya. "Lah, kemana tu orang?"

Reza mengangkat kedua bahunya.

"Telfon." Ucap Reza, Dara dengan cepat langsung mengambil ponselnya yang berada di dalam ransel dan segera menekan nomer dengan nama Fadlan di layar ponselnya.

Terdengar suara dering telfon dan getaran dari dalam ransel besar milik Fadlan.

"Hah? dia ga bawa handphone?" Dara mematikkan handphonenya setelah mengakhiri panggilan.

"Cari!" Ucap Reza lagi. Dara menurut saja dan langsung memakai sepatunya asal-asalan.

"Lo kok diem aja? ayo cari!" Ucap Dara kesal.

"Gue jaga ransel."

"Dih, engga! lo ikut gue cari. enak banget lo mau duduk-duduk." Dara langsung menarik lengan Reza sampai laki-laki itu terbawa dan langsung mengenakan sepatunya sama berantakan dengan Dara.

Seorang wanita paruh baya dengan daster merah muda tampak bergerak cepat untuk mengambil pakaian yang seharusnya tengah di jemur sebelum hujan turun sedangkan Dara dan Reza segera berjalan mencari Fadlan yang entah kemana.

---00---

Lutfi tampak menyeruput kopi hitamnya perlahan, sedangkan Sinta sama sekali belum berniat menyentuh roti bakarnya yang masih mengepulkan asap.

"Kok ga di makan, Sin? nanti keburu dingin." Ucap Lutfi akhirnya memecah keheningan yang menyelimuti mereka berdua.

"Iya, nanti. sekarang gue mau tau dulu, kenapa lo bawa gue kesini?"

"Lo lupa? kita kan udah pacaran. jadi anggap aja ini first date kita." Lutfi berucap santai.

Sinta membuat mimik wajah tak suka, "Pacaran? kapan? kapan lo ajak gue jadian?"

"Waktu itu, ditaman."

Sinta menjatuhkan rahangnya begitu mendengar kalimat Lutfi. "Gila? lo kan cuma bilang suka, sedangkan suka itu punya banyak artian!" Sinta kesal.

"Yaudah kalau gitu, kita jadian!"

Plakk

Sinta menampar dahi Lutfi, "Sinting."

"Ya terus lo mau nya gimana? kalo gue sih maunya kita jadian!" Lutfi meninggikan sedikit suaranya, lalu kembali menyeruput kopi panasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang