12. Bermalam

31 6 2
                                    

"Jadi, surat itu juga atas nama kalian? Dan dua huruf itu sebenarnya adalah inisial?" tatapan Fadlan menajam seperti burung elang, dirinya malah seperti sedang menginterogasi ketiga orang misterius ini.

"Iya, benar. Itu adalah inisial nama, tapi itu bukan nama kami," Kata si pria, setelahnya terdengar gelak tawa dari salah satu perempuan.

"Kami hanya perantara," timpal si perempuan.

Melihat ketiga anak muda itu terus mengusik untuk mencoba melepaskan ikatan di tubuh mereka, ketiga orang misterius itu saling menahan tawa, sampai akhirnya tawa si lelaki pecah.

"Sekeras apapun kalian mencoba, ikatan itu tidak akan terlepas karena kami telah mengikatnya dengan kuat, pola ikatannya hanya kami yang mahir untuk membuatnya," Kata si Pria dengan nada membanggakan.

Reza kesal, tapi memilih diam.

"Kalian akan kami sandera di sini sampai besok pagi!" tegas si salah satu perempuan.

Akhirnya ketiga anak muda itupun pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.

---00---

Di tengah hujan yang deras di sertai angin, gelap malam tanpa cahaya lisrik juga menambah kesulitan Lutfi dan Kinan untuk mencari ketiga temannya yang hilang.

Beruntung sebelum benar benar pergi meninggalkan gedung Panca, Lutfi sempat berfikir bahwa mencari dengan sepeda motor akan semakin sulit. Maka mereka meminjam mobil salah satu temannya yaitu Kavian, si mantan bendahara kelas.

"Kita harus cari kemana, Fi?" tanya Kinan panik.

Lutfi bingung.

Srettt

Lutfi mengerem secara mendadak, membuat tubuh keduanya terbawa ke depan dan kepala mereka terhantuk ke dashboard mobil. Kinan meringis, Beruntung mereka berdua tidak lupa memakai seatbelt.

"Kenapa ngerem mendadak, Fi?"

"Tadi ada kucing lari cepat banget, Nan. Untung aja gue liat, coba kalau engga?"

Kinan menghela napas sambil menggeleng, "Iya sih, hati hati, Fi."

Lutfi mengangguk lalu melanjutkan perjalan mereka.

Bagaimana seekor kucing bisa berlarian di tengah hujan begini? Air kan musuhnya kucing? Biasanya kucing kucing liar begitu akan mencari tempat berteduh. Ah sudahlah tidak ada yang tau isi pikiran kucing itu.

"Kita cari di sekitar sini dulu aja, Nan," Lutfi menjawab pertanyaan Kinan yang belum sempat ia jawab tadi.

"Tapi gimana kita bisa tau, Fi? Sementara kita aja belum selidikin mereka di bawa naik mobil atau gimana, kan? Atau bisa aja sebenarnya mereka di sembunyiin di sekitar Gedung Panca dulu? Secara kan sekarang hujan deras." Jelas Kinan panjang lebar, membuat Lutfi berpikir sejenak.

"Lo benar juga Nan, kenapa ga kepikiran ke situ ya?" Lutfi menggaruk pelipisnya.

"Eh, tapi kalau penculik kan bodoamatan, Nan, Mau hujan deras kek, hujan es kek, hujan api atau apapun, kan?" tambah Lutfi, Kinan mengangguk setuju.

"Jadi kita bakalan tetap cari di sekitar sini?" tanya Kinan menoleh ke Lutfi.

"Iya, Nan, kita usaha aja dulu," Mendengar itu, Kinan mengangguk.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang