O2. REZA

59 31 25
                                    

Kalau yang ini namanya Reza, cowok kulkas, dengan segala keunikannya. Dia suka menggambar, dan punya rahasia besar, yang sebentar lagi tidak jadi rahasia. Dia, suka, warna, pink. Eum, memang tidak ada aneh nya sih, semua orang berhak menyukai suatu hal, tapi bagi Reza, ini agak.. Memalukan, makanya, ini dia namakan sebuah rahasia.

Dari segala warna pink yang ada di penjuru kamarnya, satu benda pink yang paling ia suka adalah, boxer pink dengan gambar karakter popay, dan boneka babi lusuh kesayangannya.

Laki-laki itu sekarang sedang berada di dapur, memotong motong sayuran, membantu Malik -- Papanya. Semenjak kepergian bundanya empat tahun silam, jadi kini urusan rumah adalah pekerjaan papanya juga, tapi Reza suka membantu kok, tidak sepenuhnya Papa nya yang mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi jika ada tugas keluar kota.

kenapa tidak pakai ART? Walaupun tidak ada yang tanya, saya jawab saja, karna Malik dan juga Reza agak kurang terbiasa dengan masakan orang lain selain masakan Bunda Sushi, atau masakan sendiri.

"Za, besok Papa berangkat pagi," suara Malik menyeruak di ruang dapur.

"Hm." jawab Reza sambil terus memotong motong sayuran, lebih tepatnya ia sedang fokus mendengar musik yang terdambung ke headphone nya.

"Oh ya Za, Papa nanti mau coba bikin kue, terus nanti kamu yang promosiin ya, kalau enak soalnya nanti mau papa jual" ucap Malik sambil menumis bumbu.

"Hm"

"Za, besok Papa nikah lagi ya?"

"Hm"

Hening sebentar.

"A-apa Pa? Nikah lagi? Apa apaan sih Pa, Reza ga setuju dan ga pernah mau setuju!" Ucap Reza dengan cepat, lalu melepas headphone nya.

Malik memicingkan matanya menatap putra sematawayangnya itu.

"Lgian kamu, Papa ngomong jawabnya hm hm doang." Pria itu mendelik, yang di balas tatapan ngeri dari Reza, namun akhirnya Reza terkekeh kecil sambil menggeleng.

"Hm itu kan artinya Iya Pa, masa Reza harus jawab panjang lebar, kayak gini", Reza berdeham untung menetralkan suaranya.

"Iya pa, nanti Reza promosiin, Papa tenang aja oke?" 

"Itu boros tenaga namanya, Pa" Lanjutnya. Membuat Malik terkekeh geli.

"Itu sih emang kamunya aja yang suka irit ngomong! Kayak Bunda kamu aja," Pria itu malah mencibir.

Reza menyudahi kegiatan motong memotong sayurannya, tak menjawab Malik, ia langsung mencuci tangannya dan pergi ke kamar tanpa meninggalkan sepatah kata pun.

Bukan karna ngambek, tapi memang karna ga ada lagi sayuran yang harus di potong, jadi tugasnya sudah selesai.

"Dasar ya, itu anak" kata Malik yang menyadari kepergian Reza dari sana, lalu kembali fokus menumis bumbu yang hampir saja gosong.

Reza kini telah memyandarkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya, pendingin  ruangan sudah di nyalakan, camilan dan minuman juga sudah. Dan sekarang anak itu sudah memegang sebuah buku dan sebuah pensil, tak lupa dengan penghapus yang di sediakan.

Ia memulai dari sebuah lengkungan lalu garis, tangannya seperti menari nari di atas buku itu. Di sana lah tempat karya buatannya. Dan ini adalah lembar ke tiga puluh, dari tiga puluh lima buku yang sudah habis, buku ini juga akan habis setelahnya.

Toktoktok

Bayangan seseorang dan suara ketukan dari arah Jendela membuat kegiatan Reza berhenti. Laki laki itu mengubah posisinya supaya bisa melihat ke arah jendela.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang