19. Temu kangen

17 2 0
                                    

Sejauh ini, belum nemu visualisasi rupa pemeran buat cerita ini, bingung hehe. Tapi gapapa next time ye.

Happy reading!

••••••••••••••••••••••


"Terus, apa ibu tau dimana Karmila dan kedua saudaranya tinggal sekarang?" tanya Reza.

Bu Inah menggeleng. "Saya sebenernya sama sekali ga tau soal itu, tapi saya pernah dengar kalo mereka pindah ke Bandung kalau ga salah di daerah Lembang."

---00---

Sinta sedari tadi menggesek gesekan kedua kakinya, gelisah. Orang yang ia tunggu sejak tadi belum kunjung menampakan batang hidungnya yang sedikit pesek.

"Sin."

Sinta menoleh, mendapati seseorang yang sudah ia nanti selama sekitar sepuluh menit. Hhh, efek palang merah mungkin, sebenarnya ia ingin sekali mencaci maki laki-laki berambut setengah ikal itu, tapi menatap wajah manis itu.. Apa? Manis katanya? Tidak. Itu tidak benar.

Menggeleng kuat, Sinta mencoba mengenyahkan pikiran gila itu. "Sin? Emang gue Asin!?" Ucap Sinta dengan suara meninggi.

Pria itu hanya tertawa kecil, "Maaf, nunggu lama ya?"

"Menurut lo?"

"Y-ya, ya lama."

"Udah tau nanya."

"Basa basi aja biar ga basi."

"Lo yang basi."

"Kok lo emosi?"

"Ya emang emosi."

"Ya sabar."

"Ya ga bisa."

"Yaudah." Baiklah Lutfi kalah, jangan melawan perempuan seperti Sinta atau begini lah yang akan di dapat.

"Jadi, ngapain lo ajak gue kemari?" Ucap Sinta akhirnya, to the point. Malas membuang waktu lebih lama lagi atau dia akan stress kalau berlama lama disini bersama laki-laki manis, ck. Tidak manis. Ah, apa ya? Ya begitulah. Jangan di pikirkan.

"Gapapa, gue cuma sedikit, kangen aja..ya, udah lama juga kan ga ketemu."

Sinta membeku, ya, bukan dalam artian yang sebenarnya. Maksudnya, dia terkejut, benar benar seterkejut itu. Apa, apa yang di ucapkan Lutfi barusan?

Diam selama seperkian detik, Sinta menoleh kepada Lutfi dengan bibir sedikit terbuka, Lutfi yang mengerti itu langsung mengerjapkan matanya beberapa kali.

"E-eh, maksudnya kangen sebagai teman aja, kan kita teman. Ga lupa kan?"

Sirna sudah. Ah, itu bagus! Setidaknya kalimat itu bisa melelehkan sedikit rasa canggungnya.

"O-oh, iya ngerti, kok. Terus, apa ga ada yang mau lo ceritain gitu?"

"Ga ada sih. Tapi gue..." Lutfi berdeham, menggantungkan kalimatnya yang membuat Sinta penasaran setengah hidup.

"Apa?" Akhirnya, pertanyaan itu lolos dari mulut Sinta, membuat Lutfi menoleh cepat. Laki laki itu terlihat sedikit kaku, jemari kekarnya yang meremat celana bahan yang laki laki itu pakai, membuat Sinta memberikan seluruh perhatiannya gerakan kecil itu. Ada apa sebenarnya? Kenapa mendadak Lutfi jadi aneh begini?

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang