O7. Teror

42 14 7
                                    

Menjadi Dara tidak seenak kelihatannya, menjadi anak orang yang lumayan berada, yang kerjaannya makan, tidur, baca komik, makan lagi, tidur lagi, baca komik lagi, dan begitulah siklus hidup Dara. pekerjaan? Hei, jangan tanya itu! Mama Dara sudah punya toko roti yang beranak dimana mana. Tapi, ya tidak seENAK itu, lho! Lihat dia sekarang, kesepian, tidak punya teman, tidak punya pacar, tidak ada yang ajak nongkrong, jalan jalan, atau ya..semua yang di lakukan anak anak muda jaman sekarang lah. Kenapa? Karna kalaupun ada yang ajak, Dara selalu nolak, tapi cita cita mau punya teman banyak. Tidak, bukan cita cita, tapi harapan.

Kadang kadang, Dara juga bosan dengan siklus hidupnya yang cuma gitu gitu aja, berbeda dengan si cowok kulkas -- Reza. Walaupun irit segala galanya, Reza termasuk orang yang lumayan berkualitas, lho. Walaupun dia ini seorang kulkas irit, tapi banyak yang menginginkan Reza untuk menjadi pacar. Dari segi tampang, Reza memang manis. Teman? Oh, jangan di tanya, Reza punya berlusin lusin teman. Dan kalau soal harta, ya jangan di tanya. Reza juga pintar masak.Tapi ya, yang namanya hidup, adil, kan? Punya porsi pahit dan manis masing masing. Ingat, Reza mau seperti teman temannya yang lain, masih punya keluarga yang lengkap, tidak seperti dirinya.

Mentega di taruh di atas teflon panas, Reza menggoyang goyangkan teflonnya perlahan supaya lelehan menteganya merata. Setelah sudah mencair, cowok itu menaruh dua buah sosis dan satu buah telur mata sapi. Menu nya seperti menu sarapan, tapi kalian salah jika menebak Reza ingin sarapan. Ini siang! Pastilah dia mau makan siang. Jangan meributkan menu nya, toh tidak ada larangan memakan sosis dan telur hanya untuk di pagi hari, kan?

Reza menghirup aroma gurih di depannya, telur mata sapinya sempurna! Reza mematikan kompornya dan menaruh sosis dan telurnya di atas piring yang sudah berisi nasi. Sesederhana itu? Padahal bagi seorang Reza, bisa saja ia makan makanan mahal setiap hari. Tapi, lihatkan bagaimana iritnya dia?

"Wih, makan apa tuh?" Tanya malik sambil menghampiri Reza, bau sabun langsung menyeruak di indra penciuman Reza.

"Baru habis mandi, Pa?" Bukannya menjawab, Reza malah balik bertanya sambil menyendok nasi untuk di suapkan ke mulutnya.

"Iya nih, tadi habis gunting rumput di belakang, sama tanam bibit pohon jambu" Katanya sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang tersampir di lehernya.

Reza tidak menjawab, malah memakan makanannya dengan khusyuk. Malik geleng geleng.

"Oh ya Za, Papa kan pernah bilang, Papa mau coba buat kue, menurut kamu mending buat bolu pandan atau bolu coklat?"

Coklat? Kata terakhir itu membuat Reza berhenti mengunyah, coklat itu, masih berada di lemari es. Reza sampai lupa dengan coklat itu dan kini teringat kembali.

"Za? Menurut kamu gimana?" Tanya malik lagi.

"Oh, eum, itu bolu pandan aja Pa" kata Reza, lalu melanjutkan makannya.

"Oke deh, nanti Papa coba buat yang kecil dulu, nanti kamu coba ya" Kata Malik sambil menepuk pundak Reza, "Papa ke kamar dulu" Lanjutnya lalu pergi meninggalkan Reza yang kehilangan selera makannya. Pasalnya coklat itu masih menjadi teka teki di pikirannya, bahkan yang tadinya sudah ia lupakan kini teringat lagi.

---00---

Dara membulatkan pipinya, meniup permen karet di mulutnya, lalu meletupkannya, matanya senantiasa tertuju pada layar laptop di depannya, jangan tanya apa yang dia lakukan. Apalagi kalau bukan membaca komik dari aplikasi?

Brakk

Namun karna suara keras itu, Dara mengalihkan pandangannya, ia membuka kacamata anti radiasi nya dan beranjak dari kasur menuju pintu kamar.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang