11. Di culik

26 8 1
                                    

Malik duduk di kasurnya, mengecek ponselnya beberapa kali, Malik benar benar khawatir pada putera semata wayangnya itu. Ia melirik jam yang tergantung di kamar itu, 21.45.

Malik benar benar gelisah, tadi Reza menjawab telepon darinya, tapi tidak ada jawaban dari sebrang sana, begitu malik mencoba menelepon lagi, berkali kali namun Reza sama sekali tidak merespon, Malik memijat keningnya.

"Duh, kemana sih kamu, Za?" tanya Malik pada dirinya sendiri.

Tiba tiba, ponselnya berbunyi, sebuah panggilan telepon masuk dengan nama penelepon ; Reza (son)

Malik langsung refleks mengangkat telepon itu.

"Halo? Halo, Za!?" jantungnya bergedub cepat, berharap ia bisa bicara dengan anaknya itu kali ini, karna ia sangat khawatir.

"Iya, Pa, ini Reza" jawab seseorang di sebrang sana, itu suara Reza.

"Ya tuhan, Za..Papa khawatir banget sama kamu, tadi waktu Papa telepon kamu kenapa ga ngomong?" cerocos Malik.

"Maaf Pa, lagi hujan deras, listrik juga mati, jadi jaringannya ga bagus" jelas Reza, Malik mengangguk sambil ber-oh.

"Tapi kamu gapapa kan?" tanya Malik lagi, rasa khawatirnya masih tetap ada walaupun tidak sebesar tadi.

"Gapapa kok, Reza lupa bilang kalau Reza lagi reuni, terus sekarang kita kejebak hujan" terdengar suara gelegar petir yang menyusul setelah Reza berkata. Ke khawatiran Malik jadi bertambah lagi.

"Yaudah, pokoknya kamu harus selalu jaga jaga ya, kalau ada apa apa, langsung kabarin Papa, inget ya Za!" Kata Malik, Reza hanya ber-hm sebagai jawaban.

"Udah Papa ga usah khawatir, ya" Kata Reza.

"Oke, kalau gitu, Papa sudahi ya" setelah Reza menjawab iya, Malik langsung menyudahi obrolan mereka.

Ia sedikit bisa bernapas lega.

---00---

Dorr dor dor

Suara gedoran pintu memenuhi ruangan toilet pria, Lutfi yang tidak sabar menunggu Fadlan menyelesaikan kegiatannya, akhirnya menggedor gedor pintu sambil berkata,

"Oy! Cepetan dong, Lan!" teriak Lutfi dari balik pintu. Sedangkan Dara menunggu di luar lorong.

Toilet pria dan wanita bersebrangan, bentuknya seperti pertigaan jalan, sebelah kanan toilet pria, dan kirinya toilet wanita sedangkan lorong yang lurus, menuju ke pintu belakang.

"Sabar dong ah, perut gue tiba tiba mules nih!" jawab Fadlan.

"Yaelah, yaudah deh, gue tunggu di luar sama si Dara ya!" setelah kalimat Lutfi barusan, terdengar suara Fadlan yang mengejan sambil bilang iya, dengan susah payah. Lutfi bergidik.

Akhirnya Lutfi berjalan meninggalkan Fadlan dan keluar untuk menghampiri Dara, ternyata gadis itu sedang bersedekap dada sambil menyender ke tembok.

"Woi!" Lutfi menepuk pundak Dara.

Dara terlonjak kaget.

Plakk

"Ngagetin aja lo! Ga inget muka lo mirip dakocan!?" cerocos Dara, Lutfi melotot.

Lutfi meringis, "Sembarangan lo!" Jawabnya, Dara melirik sinis.

"Mana si Fadlan?" Tanya Dara.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang