Di lain tempat, Reza yang tengah memakan camilan bersama Malik --ayahnya sambil menonton pertandingan bola terganggu akibat gedoran dari arah kaca jendela ruang tengah.
Reza hampir tersedak, tapi Malik yang cekatan langsung menepuk pelan punggungnya, dan memberikan segelas air minum.
"Biar Papa aja" Kata Malik yang masih berdiri setelah mengambil segelas air untuk Reza. Tapi Reza menolak.
"Reza aja" setelah melontarkan dua patah kata, Reza beranjak dari duduknya dan menghampiri ke arah datangnya suara.
Ia menoleh ke jendela, tidak ada siapapun, matanya menyipit takut takut kalau ternyata ada orang jahat. Tetap tidak ada tanda tanda kedatangan seseorang.
Reza akhirnya membuka jendela, menoleh ke kanan dan kiri bergantian beberapa kali, memastikan apakah ada seseorang atau tidak. "Siapa?" tanyanya. Senyap. Tidak ada jawaban, hanya angin yang berhembus menerpa wajahnya sampai rambut rambutnya ikut terhempas.
Tunggu. Apa itu? Sebuah amplop?
Reza mengambil amplop itu. Masih bersih walaupun berada di tanah. Apakah amplop ini belum lama ada di sana? Pikir Reza.
Setelah mengambil amplop itu, Reza menutup kembali jendelanya, kulit wajah dan tangannya masih terasa dingin akibat angin malam.
"Amplop apaan ya?" Reza membolak balikan amplop itu. Sama sekali tidak ada yang mencurigakan, tidak menyeramkan, tidak menarik, tapi.. Sedikit misterius. Siapa yang datang malam malam begini, menggedor jendela kuat kuat dan hanya meninggalkan seutas amplop putih?
Cukup. Pertanyaan pertanyaan itu membuat Reza tambah bingung.
Dari pada penasaran, akhirnya Reza memilih membuka amplop putih itu.
Untuk Reza, tolong saya! Saya menjadi korban kekerasan kedua kakak perempuan saya, KH dan KT. Mereka mengincar saya, mereka mengira saya yang telah mencuri barang warisan ibu kami yang telah meninggal. Saya tau kamu bisa bantu saya, datanglah ke jalan Mekar indah, no. 5. Kamu akan mengetahui rahasia besar di balik kematian ibumu. Harapan saya hanya pada kamu.
Tertanda
HMReza mengerutkan keningnya, membaca ulang surat itu sampai tiga kali. Tetapi ia masih saja bingung. Apa artinya? Siapa HM? Juga, siapa KH dan KT? Dia tidak menyebutkan nama dengan jelas. Untuk apa ia meminta bantuan pada Reza? Apa hubungannya?
Masih banyak pertanyaan pertanyaan yang membuat Reza jadi super bingung sekarang ini. Bagaimana kalau saya beri tau Papa? Pikirnya.
Baru selangkah hendak menghampiri Malik, Reza mengurungkan niatnya, ia melipat kertas itu kembali dan memasukannya ke dalam amplop. Ia menaruh amplop itu di saku celananya.
"Reza?" Malik menghampirinya, Reza sedikit kaget.
"Ada siapa?" Tanya Malik, Reza menggeleng sambil tersenyum kecil.
"Sinta Pa, biasalah ga jelas banget" Malik manggut manggut.
"Mau lanjut? Atau mau tidur?" Tanya malik lagi sambil merangkul pundak puteranya.
"Reza mau tidur, Pa udah ngantuk"
"Oh, yaudah kalau gitu, Papa masih mau lanjut, masih seru soalnya" Malik terkekeh kecil, Reza tersenyum singkat lalu berlalu meninggalkan Malik sendirian yang menatap punggung anak laki lakinya itu kian menjauh.
---00---
Pagi hari yang cerah di hari Rabu ini. Sinar matahari masuk ke kamar Reza lewat ventilasi udara. Tidak usah bertanya sedang apa cowok itu sekarang. Dia masih meringkuk berselimut tebal sambil memeluk boneka babi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alumni Mission [On Going]
Humor❛ Setiap orang memiliki sifat dan karakter yang berbeda ❜ Satu tahun setelah hari kelulusan mereka di SMA, ketiga anak muda ini, Fadlan, Reza dan Dara. Mendapat kiriman misterius yang ntah dari mana. Bukanlah sebuah kue, bunga, ataupun barang barang...