O3. Surat untuk Fadlan

53 29 23
                                    

Hari pertama bekerja di kafe memang melelahkan, apalagi bagi orang orang yang jarang melakukan pekerjaan seperti Fadlan. Walaupun tidak sampai seharian bekerja, tapi tetap saja lelahnya seperti satu bulan bekerja tanpa henti. Begitu kata Fadlan.

Tati menghampiri Fadlan yang terbaring lesu di sofa sambil di pijat oleh adik bungsu nya Rina. Dengan iming-imung di beri upah berupa sebatang coklat masqueen yang mahal tapi gak mahal mahal banget itu lho.

"Gimane Lan? Lancar kerjaan?" Fadlan yang terpejam menikmati pijatan adiknya itu, akhirnya membuka matanya melihat Tati duduk di sofa lainnya.

"Ya gitu deh, Mak" jawab Fadlan dengan suara serak.

"Bang Alan katanya cape banget Mak" itu suara Rina.

"Ya namanya juga kerja ya cape lah, tiduran aja kadang cape" Tati melemparkan tatapan julidnya pada Fadlan yang hampir tertidur.

"Besok Fadlan mau bolos dulu ah, Mak"

"Lah, kenape?!" Suara Tati langsung menggelegar, membuat Rina yang fokus memijit tersontak kaget, dan Fadlan langsung melebarkan matanya.

"Eh, eng-engga jadi Mak, gapapa."

"Jangan males malesan Lan kalo kerja, orang orang susah cari kerja sekarang, Eh lo malah males malesan udah dapet kerjaan, harusnya bersyukur Lan!"

"Eh, ada apa si nih? Ribut bener, ganggu orang lagi nyantai aja" Itu suara Sinta, adik Fadlan yang pertama. Gadis itu keluar dari kamarnya hanya dengan berbalut tanktop dan hotpants ketat berbahan jins dengan model robek robek yang menampakan bagaimana mulusnya paha Sinta. Tapi, semua tak semulus paha Sinta, tentu saja itu mengundang amarah bu Tati, lihat saja.

Bu Tati di buat melotot dengan pakaian yang di pakai Sinta. "Heh, lo udah kaya orang jualan aje pake baju begitu, hah!?"

"Jualan apa, Mak?" Sinta mengerutkan dahinya.

"Jual diri!" setelah melontarkan dua kata itu, bu Tati langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri sinta, ia menjewer telinga sinta sampai berubah menjadi warna tomat. Bayangkan bagaimana sakitnya. "Ganti baju atau kuping lo gue bikin copot nih!"

Sinta meringis, sedangkan Fadlan dan Rina tertawa keras. "I-iya Mak, Sinta mau ganti baju, le-lepasin dulu Mak, sakit nih"

Bu Tati melepas jewerannya. Sinta mengusap usap telinganya lalu berjalan ke kamar dengan bibir seperti moncong bebek. Di susul bu Tati yang ingin memastikan apakah Sinta benar benar mengganti pakaian nya atau tidak.

Rina dan Fadlan menggeleng bersamaan, lalu Rina angkat suara, "Bang udah ya? Rina pegel nih"

"Iya deh, udah, makasih ya" Kata Fadlan sambil tersenyum, Rina mengangguk lalu meninggalkan Fadlan sendirian.

---00---

Matahari sudah muncul seperti kuning telur mata sapi.

"Duh jadi laper" Fadlan mengusap usap perutnya yang mulai bergemuruh seperti petir, setelah melihat iklan mie kuah keluaran terbaru, sepertinya makan mie pagi pagi begini, enak?

Fadlan segera berdiri, berniat untuk masak mie kuah seperti di iklan tadi, walau beda merk, kalau sudah di perut, sama saja, kan?

Toktoktok

Seseorang mengetuk pintu rumahnya, Fadlan akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur, ia memilih berjalan ke arah pintu dulu untuk melihat siapa yang datang.

Pintu terbuka. Fadlan celingak celinguk, tidak ada siapapun di sana. "Woi bocah! Kalo lo pada ga keluar, nanti ketemu gue jitak satu satu ye lo!" Fadlan berteriak seperti orang gila, sungguh, tidak ada siapapun di sana. Kalaupun itu adalah anak anak yang jail, pasti ada samar samar suara cekikikan yang bersembunyi tapi ini tidak.

Alumni Mission [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang