11. Anan Vs Natcha

63 56 50
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Langkah kecil Anan perlahan menjejaki ubin. Satu tangannya mencepol rambut, dan tangan yang lain menenteng sweater. Lengkungan senyum Anan begitu tinggi, menyaingi eksistensi bulan sabit kala malam hari.

Namun ketika hendak melewati koridor, manik Anan menangkap keberadaan sesosok berparas Mongolia tengah bersandar pada loker penyimpanan barang.

Seolah mengetahui kedatangan Anan, Natcha lantas mengangkat kepala. Dia berjalan menghampiri, menyambut Anan dengan tatapan yang begitu beringas.

"Cuma binatang yang nggak paham bahasa manusia."

Anan merotasi bola mata dengan jengah. Mungkin dia memang harus lebih sabar lagi, lebih lapang lagi, menghadapi satu persatu drama yang tak kunjung usai menerpa hidupnya.

"Kalau lo cuma mau cari masalah, sorry. Gue benar-benar nggak ada waktu." Anan hendak berlalu, namun tangan Natcha lebih dahulu mencekal lengannya.

"Kita belum selesai."

Anan menghela napas pelan, menatap Natcha dengan malas. "Lo belum puas maki-maki gue?"

"Hey, manis." Natcha menyelipkan sejumput anak rambut yang menghalangi wajah Anan. "Gue cuma bicara sesuai fakta. Ini urat malu lo udah putus, atau emang lo terlahir muka badak?"

Anan memejamkan mata sesaat, lalu perlahan membukanya kembali. "Kenapa harus merasa tersaingi sedangkan lo sejuta kali lebih baik dari gue. Bahkan sekeras apapun gue berusaha, lo tetap pemenangnya Cha."

Natcha berdecak pelan. Dia berjalan semakin mendekati Anan lalu menyudutkan tubuh gadis itu ke tembok. "Ini peringatan terakhir." Gadis itu meletakkan sikunya tepat di leher Anan, lalu menekannya dengan kuat.

"Kalau lo mau hidup dengan tenang, kalau lo mau aman bersekolah disini....," Suara Natcha memelan. "Patuh sama gue."

"Aw, lepas! Gue sesak!" Napas Anan terdengar patah-patah. Wajahnya merah padam, seolah seluruh udara didalam paru-parunya telah menghilang.

"Minta dilepasin?" Natcha tersenyum licik. Satu tangannya memegang kerah baju Anan, ditariknya gadis itu agar mendekat.

"Sujud di kaki gue, sekarang."

Anan memberontak hebat. Melihat Natcha sedang lengah, gadis menendang perutnya hingga Natcha jatuh tersungkur.

"Cewek perek!" Natcha bangkit berdiri dengan tertatih-tatih. Lalu dengan gerakan secepat kilat, dia menghempaskan kepala Anan ke tembok disebelahnya hingga menimbulkan bunyi cukup keras seperti benda berjatuhan.

"Akh!!!" Anan meringis. Pandangannya mulai memburam, rasa sakit tak tertahankan menyerang kepalanya diberbagai bagian.

Beruntung tangan Anan sigap menggapai pintu loker yang sedikit terbuka sehingga tidak jatuh ambruk.

"Gue nggak akan segan-segan ngelakuin hal yang lebih keji dari ini, Nan. Sampai gue tau lo masih deketin Rey, hidup lo bakal berakhir dalam waktu dekat ini."

Setelah mengucapkan itu, Natcha lantas membalikkan badan hendak berlalu.

Tindakan Natcha sudah diambang batas, dia telah melukai harga diri Anan. Maka dengan segenap keberanian yang tersisa, Anan menarik paksa tubuh gadis itu dan mendaratkan satu tamparan di pipi mulusnya.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang