42. Selamat Jalan

34 10 17
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Hampir satu setengah jam, Rey, Tiara, dan beberapa petugas kepolisian menunggu didepan ruang IGD.

Pintu IGD terbuka. Seorang Dokter dan 2 orang perawat disisi kanan dan kirinya keluar dari dalam. Melihat itu, Rey lantas bangkit mendekati Dokter.

"Gimana keadaan Anan, Dok?" Tanya Rey tanpa basa-basi.

Sang Dokter terlihat menghela napas dengan kasar. Menyunggingkan seulas senyum di wajah lelahnya, lalu menepuk pelan bahu Rey.

"Ini berat, tapi saya harus sampaikan. Saya harap kamu kuat."

Rey meneguk ludahnya susah payah. Tanpa dia sadari, kedua tangannya yang berkeringat dingin itu sudah mengepal disisi tubuh.

"Athena mengalami pendarahan hebat di kepalanya akibat benturan yang terjadi. Kepalanya pecah dan pasien kehilangan cukup banyak darah."

"Sewaktu kecelakaan, tubuh pasien terlempar cukup jauh dari tempat asalnya hingga beberapa tulangnya patah."

"Tulang ekor, tulang dada, tulang rusuk dan selangkanya patah. Selain itu, diafragma Athena juga bengkok."

"Kami juga menemukan serpihan kaca yang masih menancap di kornea mata beliau."

Bulu kuduk Rey meremang hingga tengkuk mendengar penuturan sang Dokter. Sungguh, dia tidak sanggup mendengar kalimat selanjutnya.

"Mustahil Athena bisa bertahan. Tubuhnya sudah hancur karena tergilas benda bermuatan berat."

"Jadi maksud dokter?" Tiara menyela.

Dokter itu menggeleng lemah. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

"Nyawa pasien tidak dapat kami selamatkan."

"Anan... " Tiara menutup mulut tak menyangka, dia tak kuasa melanjutkan kalimatnya.

"Athena sudah meninggalkan kita semua."

Rey perlahan berjalan mundur. Dengan langkah kaki gemetar, dia tidak sadar bahwa punggungnya sudah menghantam tembok dibelakang.

"Lo bercanda kan?" Rey menunjuk wajah sang Dokter.

"Anda harus ikhlas. Athena sudah tenang di alam sana."

"Jangan pernah sebut kalimat itu lagi!" Bentak Rey dengan dada naik turun, menahan amarah.

Diraihnya kerah kemeja sang Dokter, lalu dipojokkannya lelaki tua itu ke dinding disebelahnya. Rey meletakkan sikunya tepat dileher sang Dokter, dia kalap menekannya dengan sangat kuat.

"Lo pasti bohong kan sialan? Ini semua nggak bener! Anan nggak mungkin ninggalin gue. Lo bercanda kan?! Bilang ke gue kalau ini semua cuma prank!"

Tiara, dibantu beberapa polisi menarik lengan Rey dengan kasar. Membawa lelaki itu menjauh dari sang Dokter yang tersengal-sengal karena kehabisan napas.

"Lo nggak waras! Itu Dokter bisa mati tolol! Lo mau dipenjara?!" Bentak Tiara dengan murka.

"Dia udah bohongin kita Kak! Berani-beraninya dia bilang kalau Anan udah mati! Gue harus habisin tuh orang. Dia harus bayar mahal karena udah nyumpahin cewek gue!" Rey berniat kembali mendekati sang Dokter yang tampak ketakutan dibalik punggung seorang polisi berbadan tegap.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang