36. Insiden Rooftop

29 10 49
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Manik Rey tak lepas dari plang tua dengan tulisan pudar dan besi berkarat pada toko bunga dihadapannya.

"Heaven's Scent Flowers."

Rey ingat Anan pernah bilang dia punya sebuah toko bunga di jalan Flamboyan.

Dan tempat ini adalah satu-satunya harapan yang Rey punya. Instingnya mengatakan jika gadis itu berada di tempat ini.

Rey dengan mudahnya mendorong rolling door yang ternyata tidak terkunci. Setelah mengetuk pelan dan tidak mendapat sahutan, Rey memberanikan diri untuk masuk.

Perlahan kakinya menjejak dilantai yang dipenuhi genangan air itu. Begitu masuk, aroma anyir darah bercampur lumpur langsung menyeruak hingga membuat Rey sedikit mengernyit.

Melayangkan pandangan, dan melihat puing-puing pecahan kaca dari vas bunga sarat memenuhi lantai. Begitu pula dengan dinding-dinding yang retak seperti baru dihantam benda berat.

"Anan, lo didalam sini?" Panggil Rey cukup keras.

PRANG!!!

"Akh!" Rey terpekik ketika sebilah pisau dapur jatuh dari lantai atas, dan berakhir menancap dilantai.

Rey menatap ngeri. Benda tajam bersimbah darah segar itu nyaris saja melukai telinganya.

Perlahan kepala Rey mendongak, menatap atas. Ada sebuah pintu kecil menuju rooftop. Seberkas cahaya menyelip dari pintu yang tidak sepenuhnya tertutup.

"Anan, lo diatas?" Panggil Rey pelan.

Selangkah demi selangkah Rey menapaki anak tangga. Tetap dengan pandangan terpusat mengawasi pergerakan dari atas sana.

"Anan, dengerin gue. Jangan sentuh apapun, jangan lakukan apapun sampai gue ke atas sana. Tetap diam disana, tunggu gue."

"Okey, mau kan dengerin gue kan?"

Rey menggapai knop pintu. Dengan tangannya yang sedikit bergetar, dan jantung berdebar was-was dia memutarnya perlahan.

Ceklek....

***

DEG!!!

Jantung Rey mencelos ketika maniknya menangkap keberadaan seorang gadis dengan rambut lepek terurai berdiri diatas dinding pembatas rooftop.

Anan, masih menggunakan seragam sekolah bersiap terjun dari atas sana.

Rey menarik napas pelan lalu menghembuskannya dalam sekali helaan. Perlahan, setelah berusaha untuk tidak terlihat gugup, dia memberanikan diri untuk melangkah mendekati gadis itu.

"Ngapain disitu? Ada yang menarik kah dibawah?"

"Tidur abadi."

Anan menoleh.

Dia terlihat kalut. Air matanya berpadu dengan rintik hujan dan kilatan petir bersahut-sahutan yang berupaya menyamarkan rasa sakitnya.

"Lo tau Rey, kalau kita terjun dari ketinggian 200 kaki, berat badan kita bakal meningkat 7.500 kali dari berat badan normal. Dan saat itu terjadi, sel dan pembuluh darah akan meledak, lalu Aorta di jantung juga akan putus, menyusul pendarahan internal masif."

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang