54. Ganti Nyawa

15 4 1
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

👇

anjelinaduhaa

part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

•••

Pagi itu Anan sengaja datang lebih awal, agar dapat menempati bangku Rey yang berada di posisi pojok paling belakang.

Suasana yang kelas yang begitu senyap, tak ayal membuat gadis itu mengantuk. Lantas Anan melipat kedua tangan diatas meja, lalu membenamkan wajahnya disana.

Baru hendak memejamkan mata, coretan-coretan pulpen dan tipe-x diatas meja berhasil memusatkan atensi Anan. Gadis itu menopang dagu, lalu tangannya yang lain dengan jemari menyusuri rangkaian huruf yang tersemat disana.

"Anan punya gue titik."

"Wildan ama Devano nggak suka cewek. Mereka homo!"

"Alvi si predator bocil berkeliaran di sekitar anda."

Tawa renyah Anan tercipta ketika membaca tulisan-tulisan konyol itu. Maniknya berpencar menemukan kalimat-kalimat lain. Dan ketemu.

"Yang nyolong meja gue ambeien seumur hidup!"

"Musuh terbesar gue; Putri si bendahara kelas."

Kekehan pelan Anan kembali tercipta. Gadis itu geleng-geleng tak habis pikir, bisa-bisanya laki-laki itu mengikrarkan meja sekolah sebagai teritorial kekuasaannya.

"Bahagia terus ya, Nan. Karena cuma itu yang bikin Rey tetap semangat untuk bertahan hidup."

Suara berat milik seseorang mengintervensi tawa Anan. Gadis itu menoleh dan melihat sosok Wildan telah duduk disebelah nya.

Anan mengangguk-angguk pelan, seulas senyum tipis tersemat di paras cantiknya. "Temen lo gabutnya jelek ya."

Satu alis Wildan terangkat. Laki-laki itu menatap Anan sekilas, lalu menghembuskan napas perlahan. Telunjuknya terulur pada kaki laci meja.

"Yang coba-coba deketin Anan, besok palanya buntung."

Disusul kalimat capslock dibawahnya.

"JANGAN DIKIRA BERCANDA, INI GUE SERIUS ANJING! JANGAN PANCING GUE UNTUK PUKUL HANTAM LO SEMUA!"

Pandangan Wildan kembali naik, kali ini memperdalam retina Anan. Seulas senyum terpahat sempurna diwajah tampan miliknya.

"Kalau itu menyangkut lo, Rey nggak pernah main-main, Nan."

Anan terdiam sejenak. Manik matanya menyorot Wildan dengan begitu lekat.

"Gue juga nggak pernah main-main, Dan." Anan menggantungkan kalimatnya. Gadis itu menggulung lengan seragamnya, memperlihatkan goresan melintang yang masih mengeluarkan darah.

"Kalau itu menyangkut Rey, bahkan nyawa gue sekalipun sama sekali nggak berarti apa-apa."

Helaan napas kasar yang berasal dari Wildan terdengar begitu jelas diruangan yang senyap itu. Manik matanya sedetik pun tak lepas dari wajah cantik Anan.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang