51. Kotak Pandora

23 7 32
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

👇

anjelinaduhaa

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

•••

Tawa menggelegar milik seorang wanita pertama kali menyapa pendengaran.

"Namanya Elsa, ketua komplotan tukang bully disekolah. Dia DO tepat sehari setelah rekaman CCTV ini tiba-tiba tersebar di media sosial." Tunjuk Bu Trisna pada seorang gadis dengan rok beberapa centi diatas paha.

"Lo udah gue peringatin kan? Cabut dari sekolah ini atau nyawa lo yang gue cabut." Elsa meletakkan kakinya di leher Anan yang meringkuk disudut ruangan.

"Lepasin gue." Kalimat yang meluncur dari bibir Anan. Seragam gadis itu basah kuyup, sekujur tubuhnya penuh dengan tepung dan kecap.

"Lepasin lo?" Elsa tersenyum kecil. "Gue mau ngirim lo ke neraka anjing!"

Gadis itu membungkuk. Mencekal dagu Anan dengan kuku, lalu mendongakkan kepalanya.

"Kenapa lo nggak mati aja, Nan? Lo tau kan, hidup sebagai pelacur setara dengan sampah?"

Anan tertawa geli, menatap Elsa dengan jenaka. "Sebelum ngomong itu, lo ngaca dulu nggak? Satu sekolahan juga tau, kalau lo tukang obral dada sama paha cuma buat dapetin barang-barang branded. Terus bedanya lo sama gue tuh apa?

"Anjing!" Elsa menghempaskan kepala Anan ke dinding disebelahnya. Terdengar bunyi yang cukup keras seperti reruntuhan disusul ringisan kecil milik Anan.

Gadis itu memejamkan mata, menahan rasa sakit yang teramat menjalari kepalanya.

"Sakit ya? Itu nggak seberapa, Nan. Itu nggak seberapa sama rasa sakit nyokap gue sewaktu lo cek-in kamar hotel sama bokap gue!" Rahang Elsa mengeras. Tangannya kini berpindah menyudutkan leher Anan ditembok lalu mencekik gadis itu.

"Akh, lepasin gue perek!" Anan menjerit kesakitan. Wajahnya memerah, dan kepalanya semakin mendongak ke atas karena hampir kehabisan napas.

"Kenapa harus bokap gue? Kenapa dari sekian banyak cowok, lo milih ngangkangin bokap gue jalang sialan?!"

BUGHHH!!

Elsa menghantam wajah Anan dengan botol kecap asin yang sudah kosong. Puing-puing yang berasal dari serpihan kaca itu berserakan dilantai, sebagiannya lagi tertancap diwajah cantik Anan.

Suara jerit kesakitan milik Anan memenuhi ruangan itu.

Rahang Rey menegas, sorot matanya menajam seolah sanggup menghunus. Melihat Anan diperlakukan sedemikian kejam, laki-laki itu seolah mampu merasakan tiap-tiap pahatan luka yang tercipta di tubuh gadis itu.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang