5. Amnesia

98 78 55
                                    

Hai manteman^^

Jangan lupa Follow, Vote dan komen per paragraf ya^^

Absen kamu baca part ini jam berapa^^

Absen asal kota kamu dari mana^^

Happy reading<3

***

Kelas sudah berakhir sejak 15 menit yang lalu, menyisakan Anan yang masih bergumul dengan novelnya. Mengangkat kepala dan menemukan kelas sudah kosong.

Anan meraih tas, lalu memasukkan novel itu kedalamnya. Dia lantas bangkit berdiri, lalu mengambil langkah untuk segera pulang.

Baru beberapa langkah menjejak, pintu kelas tiba-tiba dihadang oleh sekelompok perempuan tak dikenal.

Dilihat dari seragam dan atribut yang mereka kenakan, ke sepuluh perempuan ini jelas-jelas bukan siswa Merah Putih International High School.

Anan mengerutkan dahi. Adalah mustahil seseorang bisa masuk dengan mudah ke dalam lingkungan sekolah, mengingat Merah Putih International High School dilengkapi dengan kartu akses dan keamanan yang super ketat.

Manik Anan bergerak mengamati satu-persatu. Dalam sekejap, air wajahnya berubah pucat pasi. Dia perlahan melangkah mundur.

Salah seorang gadis berambut coklat terang dengan kalung rantai di lehernya, bergerak mendekati Anan.

"Jadi ternyata lo disini." Salah satu sudut bibirnya melengkung lebih tinggi, disusul dengan pergerakan bola mata.

"Kalian siapa?" Tanya Anan dengan nada yang sedikit gentar.

"Lo lupa?" Dia terkekeh pelan. "Padahal dulu kita akrab banget loh."

"Gue gak tahu apapun!"

Tangan gadis terulur memainkan beberapa helai rambut Anan, namun dengan segera disentak kasar.

"Elsa." Bisiknya tepat ditelinga Anan.

Anan menelan kasar salivanya. Jari-jari nya yang saling meremas bergerak naik, menyeka peluh yang membasahi wajahnya.

"Biarkan gue pergi."

Elsa menggeleng kecil. "Urusan kita kan belum selesai." Lirihnya hampir-hampir tidak terdengar.

Anan meneguk ludahnya susah payah. Tubuhnya bergetar hebat menahan berbagai perasaan yang berkecamuk dalam dada.

"Gue mau pulang. Jangan ganggu gue!" Ujar Anan tegas.

Dia mengambil langkah, menerobos bahu gerombolan yang menghadang jalannya. Namun salah seorang dari mereka dengan gerakan cepat berhasil menahan lengan Anan.

"Lo mau kemana?"

"Lepasin gue!" Anan menggeliat berupaya melepaskan diri dari kungkungan perempuan itu.

Namun Anan kalah telak, tak bisa melawan sama sekali. Bukan hanya karena perempuan itu memiliki tubuh yang jauh lebih besar, tapi juga teman-temannya yang ikut menahan tangan Anan kebelakang. Menyanderanya bak seorang tahanan.

DRTTTD!!!

Elsa mengeluarkan ponsel yang berdering dari balik saku. Memberi isyarat dengan jari agar teman-temannya menunggu. Dia lantas menjauh beberapa langkah untuk mengangkat panggilan telepon.

Anan menajamkan pendengaran, berupa menangkap pembicaraan Elsa dengan seseorang disebrang telepon

Namun mustahil. Hanya sayup-sayup Anan mendengar namanya disebut-sebut entah untuk tujuan apa.

Sepenggal Kisah KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang